Bagaimana pasukan Perancis menjajah Mesir, menodai mesjid dan mencari fatwa untuk tunduk kepadanya melalui para imam Al-Azhar. Inilah peristiwa Napoleon menyerbu Mesir dan menginvasi Kairo pada tanggal 22 Juli 1798. Saat berada di Alexandria, dia sempat berpidato yang isinya begini: Orang-orang Mesir, Anda diberi kabar bahwa kedatangan saya untuk menghancurkan agamamu: jangan percaya! Saya datang untuk mengembalikan hak-hak Anda dan menghukum para perampas, dan lebih dari Mamluk, saya menghormati Tuhan, Nabi-Nya, dan Al-Quran. Bukankah kita selama berabad-abad telah menjadi sahabat Sultan?
Napoleon mendirikan dewan yang terdiri dari sembilan syekh al-Azhar yang ditugaskan memerintah Kairo. Ini adalah badan pertama orang Mesir yang memegang kekuasaan resmi sejak awal pendudukan Utsmani. Pembentukan dewan pertama kali didirikan di Aleksandria, kemudian diberlakukan seluruh Mesir yang diduduki Prancis. ketika itu Napoleon berusaha mencari fatwa dari para imam Al-Azhar agar penduduk setia kepada Napoleon, tetapi gagal.
Baca juga: Kesultanan Mamluk Mesir Hancur Diserang Napoleon Perancis
Situasi panas ini telah membunuh komandan dan perwira Prancis ditangan Cairenes yang memberontak. Para syekh, imam, dan warga setempat bersumpah untuk memusnahkan semua orang Prancis yang mereka temui dibantai tanpa ampun, baik di rumah ataupun di jalanan. Penduduk berunjuk rasa di gerbang kota untuk mencegah Napoleon sehingga memaksanya memutar melalui gerbang Boulaq.
Diceritakan bahwa situasi tentara Prancis saat itu sangat kritis meskipun berhasil menduduki Kairo. Saat itu pasukan Inggris justru menjadi ancaman bagi Perancis setelah mereka menang di Pertempuran Nil. Murad Bey dan pasukannya masih menguasai medan pertempuran di Mesir Hulu, sementara para jenderal hanya mampu mempertahankan Mesir Hilir. Ditambah lagi para petani yang ikut bangkit melawan Prancis di Kairo, seluruh wilayah memberontak dan menyatakan bahwa orang-orang Prancis adalah bangsa kafir yang keras kepala dan bajingan yang tak terkendali. Bahkan kitab suci Alquran, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, mereka menganggapnya sebagai sebagai dongeng.
Baca juga: Sultan Suleiman Ottoman Mengusir Dengan Hormat Kesatria Hospitaller
Pemberontakan ini berhasil dipukul mundur oleh pasukan Prancis, mereka diburu dan terpaksa berlindung di Masjid Al-Azhar. Saat itu Napoleon berkata bahwa "Tuhan sudah terlambat - kalian yang mulai, sekarang saya yang akan menyelesaikannya!". Dia memerintahkan untuk menembaki Masjid dengan meriam, pasukan Prancis mendobrak gerbang, menyerbu gedung dan membantai penduduk. Pembantaian ini mengorbankan sekitar 6000 orang tewas dan terluka. Pasukan Prancis sengaja menodai masjid, berjalan dengan sepatu dan senjata. Pasukan mengikat kuda-kuda mereka di mihrab dan menggeledah tempat tinggal siswa, menggeledah perpustakaan, dan melempar salinan Quran di lantai.
Baca juga: Sejarah Islam Di Spanyol Sejak Ratu Isabella Berkuasa
Napoleon mendapat julukan Sultan el-Kebir atau Sultan Besar oleh orang-orang Kairo. Pada bulan Maret 1800, Jenderal Jean Baptiste Kleber dibunuh oleh Suleiman al-Halabi, seorang siswa di Al-Azhar. Setelah pembunuhan ini, Napoleon memerintahkan penutupan masjid, pintu tetap dikunci sampai bantuan Ottoman dan Inggris tiba pada bulan Agustus 1801.
Tetapi sejak Napoleon menjajah Mesir, mesin cetak mulai masuk ke negeri itu. Setelah penarikan Perancis dari Mesir, Muhammad Ali Pasha membentuk pembelajaran sekuler, sejarah, matematika, dan ilmu pengetahuan modern diadopsi ke dalam kurikulum. Pada 1872, di bawah arahan Jamal al-Din al-Afghani, filsafat Eropa juga ditambahkan ke program studi.
Uprising in Cairo, Wikimedia Commons |
Peristiwa Perancis Menjajah Kairo
Ternyata menaklukan wilayah ini tidak mudah, penduduk Kairo merasa tidak puas terhadap Perancis sehingga menyebabkan pemberontakan. Kekaisaran Ottoman mendeklarasikan perang pada 9 September, dan pemberontakan terhadap pasukan Prancis diluncurkan dari al-Azhar pada 21 Oktober. Ketika Napoleon berada di kota Tua Kairo, penduduk menyebarkan senjata satu sama lain dan memperkuat benteng, terutama di Masjid Al-Azhar. Orang-orang Mesir dipersenjatai dengan batu, tombak, dan pisau, mereka mengamuk dan menjarah. Napoleon telah meminta Syekh dewan mengatur pembicaraan, tetapi ditolak pemberontak.Baca juga: Kesultanan Mamluk Mesir Hancur Diserang Napoleon Perancis
Situasi panas ini telah membunuh komandan dan perwira Prancis ditangan Cairenes yang memberontak. Para syekh, imam, dan warga setempat bersumpah untuk memusnahkan semua orang Prancis yang mereka temui dibantai tanpa ampun, baik di rumah ataupun di jalanan. Penduduk berunjuk rasa di gerbang kota untuk mencegah Napoleon sehingga memaksanya memutar melalui gerbang Boulaq.
Diceritakan bahwa situasi tentara Prancis saat itu sangat kritis meskipun berhasil menduduki Kairo. Saat itu pasukan Inggris justru menjadi ancaman bagi Perancis setelah mereka menang di Pertempuran Nil. Murad Bey dan pasukannya masih menguasai medan pertempuran di Mesir Hulu, sementara para jenderal hanya mampu mempertahankan Mesir Hilir. Ditambah lagi para petani yang ikut bangkit melawan Prancis di Kairo, seluruh wilayah memberontak dan menyatakan bahwa orang-orang Prancis adalah bangsa kafir yang keras kepala dan bajingan yang tak terkendali. Bahkan kitab suci Alquran, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, mereka menganggapnya sebagai sebagai dongeng.
Menodai Mesjid Al-Azhar
Protes-protes ini direspon oleh Prancis dengan membawa meriam di Benteng dan menembak mereka di daerah yang berisi pasukan pemberontak. Pada malam hari, tentara Prancis maju di sekitar Kairo dan menghancurkan barikade serta benteng yang mereka temui. Enam ulama Al-Azhar terbunuh setelah dijatuhi hukuman, setiap orang Mesir yang ditangkap langsung dipenjarakan, yang membawa senjata langsung dipenggal.Baca juga: Sultan Suleiman Ottoman Mengusir Dengan Hormat Kesatria Hospitaller
Pemberontakan ini berhasil dipukul mundur oleh pasukan Prancis, mereka diburu dan terpaksa berlindung di Masjid Al-Azhar. Saat itu Napoleon berkata bahwa "Tuhan sudah terlambat - kalian yang mulai, sekarang saya yang akan menyelesaikannya!". Dia memerintahkan untuk menembaki Masjid dengan meriam, pasukan Prancis mendobrak gerbang, menyerbu gedung dan membantai penduduk. Pembantaian ini mengorbankan sekitar 6000 orang tewas dan terluka. Pasukan Prancis sengaja menodai masjid, berjalan dengan sepatu dan senjata. Pasukan mengikat kuda-kuda mereka di mihrab dan menggeledah tempat tinggal siswa, menggeledah perpustakaan, dan melempar salinan Quran di lantai.
Baca juga: Sejarah Islam Di Spanyol Sejak Ratu Isabella Berkuasa
Napoleon mendapat julukan Sultan el-Kebir atau Sultan Besar oleh orang-orang Kairo. Pada bulan Maret 1800, Jenderal Jean Baptiste Kleber dibunuh oleh Suleiman al-Halabi, seorang siswa di Al-Azhar. Setelah pembunuhan ini, Napoleon memerintahkan penutupan masjid, pintu tetap dikunci sampai bantuan Ottoman dan Inggris tiba pada bulan Agustus 1801.
Tetapi sejak Napoleon menjajah Mesir, mesin cetak mulai masuk ke negeri itu. Setelah penarikan Perancis dari Mesir, Muhammad Ali Pasha membentuk pembelajaran sekuler, sejarah, matematika, dan ilmu pengetahuan modern diadopsi ke dalam kurikulum. Pada 1872, di bawah arahan Jamal al-Din al-Afghani, filsafat Eropa juga ditambahkan ke program studi.
Referensi
- Muqarnas: An Annual on the Visual Culture of the Islamic World. By Gulru Necipoglu, 1996.
- Napoleon to Nasser: The Story of Modern Egypt. By Raymond Flower, 1972.