Inilah kisah Genghis Khan yang dikenal sebagai seorang yang meyakini Tengrist. Tetapi dibalik caranya memimpin yang dikenal keras dan brutal, ternyata dia sangat toleran terhadap agama dan tertarik dengan filosofis agama lain. Ada beberapa kisah menarik tentang hubungan dirinya dan agama lain termasuk Buddha, Kristen dan Islam.
Banyak orang masih menganggap bahwa Genghis Khan adalah sosok yang kejam dan mungkin tidak mengenal belas kasihan terhadap siapapun. Ternyata orang-orang Mongol sangat toleran terhadap agama selama pemerintahan Khan. Di abad ke-13, hampir setiap agama telah menyebar diantara orang-orang Mongol.
Baca juga: Benarkah Attila Leluhur Jenghis Khan Tewas Di Malam Pengantin?
Melihat banyaknya penduduk yang berpindah agama dan khawatir terjadi perselisihan, Genghis Khan mendirikan sebuah lembaga yang menjamin kebebasan beragama sepenuhnya. Padahal pada waktu itu dia sendiri adalah seorang Shamanist Mongol atau Tengrisme. Kaisar mengorganisir kompetisi debat agama di antara para ulama, sehingga banyak penonton yang menyaksikan perdebatan ini. Di bawah pemerintahannya, semua pemimpin agama dibebaskan dari pajak dan kewajiban.
Baca juga: Moge Khatun, Selir Genghis Khan Yang Dinikahi Anaknya
Ada sebuah kisah menceritakan, ketika utusan Muslim datang dari Asia Tengah berusaha mencari perlindungan dari penganiayaan agama di bawah seorang Khan Kristen, bernama Guchlug. Pada waktu itu Genghis Khan dengan senang hati membantu, dia memimpin invasi ke Balasagun dan membunuh Guchlug. Kemudian mendeklarasikan kebebasan beragama di wilayah itu. Saat itu dia mendapat gelar seorang "Pembela Agama", dan bahkan beberapa penduduk yang tertindas mengatakan bahwa dia adalah salah satu rahmat dan karunia yang diturunkan Tuhan kepada mereka.
Ada pula kisah lain yang menceritakan Genghis Khan mencari ramuan hidup abadi. Saat itu Genghis Khan mengundang dan bertemu dengan guru Taois Qiu Chuji di Afghanistan pada tahun 1222. Dia berterima kasih kepada Qiu Chuji karena menerima undangan dan bertanya, apakah Qiu Chuji telah membawa ramuan keabadian. Qiu Chuji mengatakan bahwa tidak ada yang namanya obat keabadian, tetapi kehidupan bisa diperpanjang melalui pantangan. Mendengar jawaban itu, dia tidak marah dan justru menghargai jawaban sang Taois. Bahkan dia memanggil Taois ini sebagai pria surgawi yang abadi dan mengangkatnya sebagai master semua biksu.
Kisah Genghis Khan termasuk salah satu pemimpin yang yakin meyakini klenik, dan menghormati orang suci layaknya utusan yang turun dari langit. Ini terbukti dari kisah-kisahnya tercatat dalam sejarah Mongol tahun 1240, dimana dirinya sering memuja sang Pencipta ketika menang pertempuran. Bahkan takwil mimpi sering menuntunnya dalam kehidupan untuk menaklukkan dunia.
Banyak tempat ibadah dibangun dengan gaya khas nomaden yang kemudian diteruskan oleh penerusnya, Ogedei Khan. Di masanya, dia membangun rumah ibadah untuk para pengikut Buddha, Muslim, Kristen, dan Tao. Agama-agama dominan yang berkembang pada waktu itu adalah Shamanisme, Tengrisme dan Buddhisme. Uniknya, istri Ogodei pada waktu itu memeluk Kristen. Di tahun-tahun terakhir, beberapa keturunan Genghis Khan memeluk Islam karena lebih disukai daripada agama-agama lain.
Jamukha & Toghrul, Wikimedia Commons |
Baca juga: Benarkah Attila Leluhur Jenghis Khan Tewas Di Malam Pengantin?
Melihat banyaknya penduduk yang berpindah agama dan khawatir terjadi perselisihan, Genghis Khan mendirikan sebuah lembaga yang menjamin kebebasan beragama sepenuhnya. Padahal pada waktu itu dia sendiri adalah seorang Shamanist Mongol atau Tengrisme. Kaisar mengorganisir kompetisi debat agama di antara para ulama, sehingga banyak penonton yang menyaksikan perdebatan ini. Di bawah pemerintahannya, semua pemimpin agama dibebaskan dari pajak dan kewajiban.
Kisah Genghis Khan Membela Umat Islam
Genghis berhasil merangkul keberagaman suku, agama, dan mendukung kebebasan beragama untuk semua orang. Toleransi ini terbukti bermanfaat untuk penduduknya, bahkan juga berdampak baik untuk dirinya sendiri. Dia memanfaatkan momen penganiayaan agama untuk mengambil hati masyarakat. Dia juga menggandeng orang-orang yang tertindas sebagai mata-mata di kota-kota seperti Baghdad, kemudian menginvasi-nya. Sepanjang sejarah, bangsa Mongol ternyata lebih terbuka dalam hal agama dibandingkan dengan negara-negara lain.Baca juga: Moge Khatun, Selir Genghis Khan Yang Dinikahi Anaknya
Ada sebuah kisah menceritakan, ketika utusan Muslim datang dari Asia Tengah berusaha mencari perlindungan dari penganiayaan agama di bawah seorang Khan Kristen, bernama Guchlug. Pada waktu itu Genghis Khan dengan senang hati membantu, dia memimpin invasi ke Balasagun dan membunuh Guchlug. Kemudian mendeklarasikan kebebasan beragama di wilayah itu. Saat itu dia mendapat gelar seorang "Pembela Agama", dan bahkan beberapa penduduk yang tertindas mengatakan bahwa dia adalah salah satu rahmat dan karunia yang diturunkan Tuhan kepada mereka.
Ada pula kisah lain yang menceritakan Genghis Khan mencari ramuan hidup abadi. Saat itu Genghis Khan mengundang dan bertemu dengan guru Taois Qiu Chuji di Afghanistan pada tahun 1222. Dia berterima kasih kepada Qiu Chuji karena menerima undangan dan bertanya, apakah Qiu Chuji telah membawa ramuan keabadian. Qiu Chuji mengatakan bahwa tidak ada yang namanya obat keabadian, tetapi kehidupan bisa diperpanjang melalui pantangan. Mendengar jawaban itu, dia tidak marah dan justru menghargai jawaban sang Taois. Bahkan dia memanggil Taois ini sebagai pria surgawi yang abadi dan mengangkatnya sebagai master semua biksu.
Kisah Genghis Khan termasuk salah satu pemimpin yang yakin meyakini klenik, dan menghormati orang suci layaknya utusan yang turun dari langit. Ini terbukti dari kisah-kisahnya tercatat dalam sejarah Mongol tahun 1240, dimana dirinya sering memuja sang Pencipta ketika menang pertempuran. Bahkan takwil mimpi sering menuntunnya dalam kehidupan untuk menaklukkan dunia.
Banyak tempat ibadah dibangun dengan gaya khas nomaden yang kemudian diteruskan oleh penerusnya, Ogedei Khan. Di masanya, dia membangun rumah ibadah untuk para pengikut Buddha, Muslim, Kristen, dan Tao. Agama-agama dominan yang berkembang pada waktu itu adalah Shamanisme, Tengrisme dan Buddhisme. Uniknya, istri Ogodei pada waktu itu memeluk Kristen. Di tahun-tahun terakhir, beberapa keturunan Genghis Khan memeluk Islam karena lebih disukai daripada agama-agama lain.
Referensi
- The spread of Islam: the contributing factors. By Ezzati, A. (2002)
- Islam in Russia: the four seasons. By Bukharaev, Ravil (2000)
- Genghis Khan and the Making of the Modern World. By Weatherford, Jack (2004)
- The Mongol Khans and Chinese Buddhism and Taoism. By Sechin Jagchid (1979)