Bagaimana jika seseorang salah tafsir ramalan? Sejak dahulu, ramalan masa depan sudah dituliskan dalam bait-bait misterius. Sabda diyakini akan terjadi, seperti ramalan Phytia di Oracle Delphi. Pandangan masa depan ini diperoleh melalui mimpi, pencerahan agama, ritual magis dan mantiq. Prediksi dan ramalan sering membuat manusia bingung bagaimana menghadapi waktu, perubahan nasib yang ditentukan karena kehendak Yang Maha Kuasa.
Ramalan kuno bisa saja dimodifikasi dan disalahgunakan dan belum terbukti secara historis. Dalam sejarah, ada ratusan imam dan nabi yang meramal masa depan, dimana pengikutnya meyakini semua itu akan terjadi. Nubuat-nubuat seperti ini umumnya tentang azab yang suatu waktu akan datang dalam bentuk bencana besar.
Dalam proses mendapatkan ramalan, Phytia duduk diatas retakan gua Adyton dan menghirup uap yang keluar dari retakan gua tersebut. Dalam beberapa saat, dia bergumam yang menandakan bahwa dia telah mendapatkan pesan gaib. Pesan misterius ini kemudian ditafsirkan oleh imam atau pendamping yang mengawasinya. Dalam tulisan Socrates disebutkan bahwa ramalan ini sepertinya tidak mungkin, tetapi dianggap suatu berita dan hadiah khusus dari langit, sumber berkah untuk manusia. Ramalan ini terdengar gila, indera para imam telah diberikan manfaat untuk Yunani, baik untuk kehidupan umum dan pribadi.
Baca juga: Ramalan Kiamat Isaac Newton, Antara Tahun 2060-2300
Oracle Delphi dipenuhi dengan hadiah dari para pemohon yang menyembah Apollo. Tempat ini dihiasi dengan kuil indah serta air mancur, juga terdapat teater dan stadion, dipenuhi marmer, patung perunggu dan emas. Banyak bangsawan termasuk para raja telah membuktikan kebenaran ramalan. Tetapi ada pula yang salah menafsirkan ramalan, salahs satunya Raja Croesus dari Lydia yang hidup sekitar tahun 6 SM. Raja ini dikenal sangat kaya dan takut akan ancaman yang ditimbulkan oleh Cyrus, Raja Persia dan Babilonia. Dia mencari jalan keluar, Croesus mengirimkan utusannya ke Oracle Delphi. Sesampainya disana, Phytia memberikan solusi dan ramalan untuk kepada utusannya. Setelah mendapatkan ramalan, utusannya kembali ke Sardis dan melaporkan jawaban Pythia, sehingga raja Crosus membuat persembahan besar dan memberi hadiah tak ternilai ke Delphi.
Salah Tafsir Ramalan juga bisa dilihat dalam video youtube berikut ini: https://youtu.be/Hva4qICES38
Ramalan yang diberikan itu mengatakan bahwa setelah menyeberangi Halys, Croesus akan menghancurkan sebuah kerajaan besar. Karena ramalan inilah dia membentuk aliansi dengan Sparta untuk melawan Cyrus. Mereka menyeberangi sungai Hayls untuk menyerang Cappadcia, tetapi akhirnya mundur kembali ke Sardis setelah pertempuran sengit Pteria. Croesus kemudian membubarkan pasukan tetapi Cyrus mengikutinya dan mengepung Sardis, akhirnya kerajaan Sardis dijatuhkan.
Ternyata tidak ada yang salah dengan ramalan Phytia, Croesus memang menghancurkan sebuah kerajaan besar, tetapi kerajaan miliknya sendiri. Raja Croesus tidak memahami ramalan itu, dia terburu-buru dan menganggap bahwa suatu saat kekuasaannya semakin besar. Tetapi tidak semua ramalan bisa membawa impian yang diharapkan.
Baca juga: Benarkah Bulan Berongga Buatan Manusia?
Kasus lain juga pernah terjadi pada Kaisar Nero pada tahun 54 M, dimana dia membunuh ibunya kemudian pergi ke Yunani. Ketika Nero mengunjungi Oracle di Delphi, Phytia berteriak marah kepada Nero dan mengatakan bahwa kehadiran Nero membuat Tuhan murka, seorang pembunuh ibu, angka 73 akan menandai kejatuhan kekuasaan Nero. Akibat ucapan Phytia, Kaisar Nero marah dan mengubur hidup-hidup Phytia di gua suci bersama dengan mayat para imam setelah tangan dan kakinya dipotong.
Awalnya, Nero berpikir bahwa angka 73 berkaitan dengan usianya, waktu itu dia masih berusia 30 tahun dan berpikir usia 73 masih sangat lama. Tetapi sebenarnya angka itu mengarah pada Galba yang berusia 73 tahun yang menggantikan kedudukan Nero.
Lain lagi kisah Kaisar Hadrian, dia justru beruntung dan mendapatkan pandangan masa depan dirinya. Setelah Phytia dan para imam dieksekusi Nero, beberapa pejabat masih mengunjungi Delphi. Sebelum dia menjadi kaisar Romawi pernah mengunjungi Oracle Delphi dan minum air mancur suci dari Kassotis. Secara tak langsung, dia mempelajari takdirnya. Dan setelah Hadrian mencapai tahta kekuasaan Romawi, dia memerintahkan air mancur itu disumbat untuk mencegah orang lain mendapatkan ide yang sama.
Baca juga: Benarkah Ponce de Leon Mencari Mata Air Keabadian?
Pada masa kekuasaan kaisar Julian, penyumbatan air mancur mulai dibuka kembali. Dia meyakini bahwa air tersebut ditujukan untuk semua orang. Sebagian besar peradaban telah mengunjungi Delphi dan mendapatkan petunjuk dari para dewa dibidang politik dan agama. Mereka mengatur kebijaksaan melalui saran atau ramalan yang disampaikan secara misterius. Oracle Delphi hanya bertahan hingga tahun 390 Masehi, ketika itu kaisar Theodosius memutuskan untuk menutupnya. Di periode selanjutnya, kaisar Arcadius menghancurkan Oracle Delphi. sejak saat itu, tidak ada lagi aksi ramal meramal dari air mancur suci.
Ramalan kuno bisa saja dimodifikasi dan disalahgunakan dan belum terbukti secara historis. Dalam sejarah, ada ratusan imam dan nabi yang meramal masa depan, dimana pengikutnya meyakini semua itu akan terjadi. Nubuat-nubuat seperti ini umumnya tentang azab yang suatu waktu akan datang dalam bentuk bencana besar.
Salah Tafsir Ramalan
Oracle Delphi terletak di Gunung Parnassus, disana ada seorang imam suci yang disebut Pythia. Dalam ritual meramal, dia mengunyah daun pohon suci dan meminum air mancur Kassotis yang mengalir dari Omphalos, air ini berasal dari pusar bumi. Dia hanya meramal pada hari ketujuh setiap bulan karena angka tujuh dianggap sebagai angka keramat Dewa Apollo. Pengaruh Oracle Delphi sangat besar diseluruh budaya Hellenic, peramal ini menjawab pertanyaan dari seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari warga asing hingga para raja hadir ke Oracle Delphi untuk mendapatkan jawaban tentang politik, tugas, kejahatan, hukum bahkan maslaah pribadi. Kerajaan-kerajaan diseluruh Yunani hingga Mesir sangat menghormatinya ketika mereka datang untuk meminta ramalan.Dalam proses mendapatkan ramalan, Phytia duduk diatas retakan gua Adyton dan menghirup uap yang keluar dari retakan gua tersebut. Dalam beberapa saat, dia bergumam yang menandakan bahwa dia telah mendapatkan pesan gaib. Pesan misterius ini kemudian ditafsirkan oleh imam atau pendamping yang mengawasinya. Dalam tulisan Socrates disebutkan bahwa ramalan ini sepertinya tidak mungkin, tetapi dianggap suatu berita dan hadiah khusus dari langit, sumber berkah untuk manusia. Ramalan ini terdengar gila, indera para imam telah diberikan manfaat untuk Yunani, baik untuk kehidupan umum dan pribadi.
Baca juga: Ramalan Kiamat Isaac Newton, Antara Tahun 2060-2300
Oracle Delphi dipenuhi dengan hadiah dari para pemohon yang menyembah Apollo. Tempat ini dihiasi dengan kuil indah serta air mancur, juga terdapat teater dan stadion, dipenuhi marmer, patung perunggu dan emas. Banyak bangsawan termasuk para raja telah membuktikan kebenaran ramalan. Tetapi ada pula yang salah menafsirkan ramalan, salahs satunya Raja Croesus dari Lydia yang hidup sekitar tahun 6 SM. Raja ini dikenal sangat kaya dan takut akan ancaman yang ditimbulkan oleh Cyrus, Raja Persia dan Babilonia. Dia mencari jalan keluar, Croesus mengirimkan utusannya ke Oracle Delphi. Sesampainya disana, Phytia memberikan solusi dan ramalan untuk kepada utusannya. Setelah mendapatkan ramalan, utusannya kembali ke Sardis dan melaporkan jawaban Pythia, sehingga raja Crosus membuat persembahan besar dan memberi hadiah tak ternilai ke Delphi.
Salah Tafsir Ramalan juga bisa dilihat dalam video youtube berikut ini: https://youtu.be/Hva4qICES38
Ramalan yang diberikan itu mengatakan bahwa setelah menyeberangi Halys, Croesus akan menghancurkan sebuah kerajaan besar. Karena ramalan inilah dia membentuk aliansi dengan Sparta untuk melawan Cyrus. Mereka menyeberangi sungai Hayls untuk menyerang Cappadcia, tetapi akhirnya mundur kembali ke Sardis setelah pertempuran sengit Pteria. Croesus kemudian membubarkan pasukan tetapi Cyrus mengikutinya dan mengepung Sardis, akhirnya kerajaan Sardis dijatuhkan.
Ternyata tidak ada yang salah dengan ramalan Phytia, Croesus memang menghancurkan sebuah kerajaan besar, tetapi kerajaan miliknya sendiri. Raja Croesus tidak memahami ramalan itu, dia terburu-buru dan menganggap bahwa suatu saat kekuasaannya semakin besar. Tetapi tidak semua ramalan bisa membawa impian yang diharapkan.
Baca juga: Benarkah Bulan Berongga Buatan Manusia?
Kasus lain juga pernah terjadi pada Kaisar Nero pada tahun 54 M, dimana dia membunuh ibunya kemudian pergi ke Yunani. Ketika Nero mengunjungi Oracle di Delphi, Phytia berteriak marah kepada Nero dan mengatakan bahwa kehadiran Nero membuat Tuhan murka, seorang pembunuh ibu, angka 73 akan menandai kejatuhan kekuasaan Nero. Akibat ucapan Phytia, Kaisar Nero marah dan mengubur hidup-hidup Phytia di gua suci bersama dengan mayat para imam setelah tangan dan kakinya dipotong.
Awalnya, Nero berpikir bahwa angka 73 berkaitan dengan usianya, waktu itu dia masih berusia 30 tahun dan berpikir usia 73 masih sangat lama. Tetapi sebenarnya angka itu mengarah pada Galba yang berusia 73 tahun yang menggantikan kedudukan Nero.
Lain lagi kisah Kaisar Hadrian, dia justru beruntung dan mendapatkan pandangan masa depan dirinya. Setelah Phytia dan para imam dieksekusi Nero, beberapa pejabat masih mengunjungi Delphi. Sebelum dia menjadi kaisar Romawi pernah mengunjungi Oracle Delphi dan minum air mancur suci dari Kassotis. Secara tak langsung, dia mempelajari takdirnya. Dan setelah Hadrian mencapai tahta kekuasaan Romawi, dia memerintahkan air mancur itu disumbat untuk mencegah orang lain mendapatkan ide yang sama.
Baca juga: Benarkah Ponce de Leon Mencari Mata Air Keabadian?
Pada masa kekuasaan kaisar Julian, penyumbatan air mancur mulai dibuka kembali. Dia meyakini bahwa air tersebut ditujukan untuk semua orang. Sebagian besar peradaban telah mengunjungi Delphi dan mendapatkan petunjuk dari para dewa dibidang politik dan agama. Mereka mengatur kebijaksaan melalui saran atau ramalan yang disampaikan secara misterius. Oracle Delphi hanya bertahan hingga tahun 390 Masehi, ketika itu kaisar Theodosius memutuskan untuk menutupnya. Di periode selanjutnya, kaisar Arcadius menghancurkan Oracle Delphi. sejak saat itu, tidak ada lagi aksi ramal meramal dari air mancur suci.