Sebuah kisah Sultan Suleiman Ottoman yang mengusir dengan penuh hormat kepada Kesatria Hospitaller di pulau Rhodes. Pulau Rhodes dianggap penting dalam menjaga jalur perdagangan bagi Kekaisaran Ottoman. Awalnya ketika Knights of St.John atau Kesatria Hospitallers merebut Rhodes pada awal abad ke-14 setelah mereka kehilangan Acre, benteng Tentara Salib di Palestina pada tahun 1291. Rhodes berperan aktif dalam perdagangan di laut Aegean, tetapi sering mengganggu pelayaran Turki di Levant. Kekaisaran Ottoman berencana merebut pulau itu pada tahun 1480, tetapi para kesatria berada di lepas pantai selatan Anatolia dan ini dianggap sebagai hambatan utama bagi ekspansi Ottoman. Serangan ke Rhodes pertama kali dilancarkan tahun 1480, tetapi gagal merebut pulau ini. Kemudian pada tahun 1521, Ottoman kembali mengepung Rhodes. Pengepungan kedua ini akhirnya berhasil dan mengusir Kesatria Rhodes dari benteng pulau. Pasukan Ottoman berhasil mengamankan dan mengendalikan Mediterania Timur.
Serangan pertama Rhodes pernah dicatat langsung oleh saksi sejarah, Guillaume Caoursin. Dia menuliskannya dan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris karya John Caius the Elder dicetak tahun 1484. Dikisahkan serangan ini terjadi pada tahun 1480, dimana sekelompok pasukan Ksatria Hospitaller yang berada di Rhodes bertahan dari serangan Kekaisaran Ottoman. Saat itu 160 armada Utsmaniyah membawa 70,000 tentara di bawah komando Mesih Pasha tiba di teluk Trianda, tepat didepan pantai Rhodes. Pasukan yang diterjunkan Ottoman itu dihadang Garnisun Knights Hospitaller yang dipimpin oleh Grand Master Pierre d'Aubusson.
Serangan armada Ottoman ini bertujuan untuk merebut Menara St.Nicholas, yang dianggap sebagai kunci untuk mempertahankan pelabuhan Mandraki dan teluk timur Akandia. Armada Ottoman terus menerus membardir sejak 9 Juni 1480 dan melakukan serangan hebat. Pertahanan dipulau Rhodes ini ternyata cukup kuat hingga berhasil memukul mundur serangan Ottoman di pantai itu. Gelombang serangan selanjutnya berada di timur dekat kawasan Yahudi yang menuju teluk Akandia. Selama pengeboman artileri Turki, pasukan Rhodes menggali parit di bagian dan membangun benteng baru. Banyak korban tewas di kedua pihak dalam pertempuran ini.
Pada tanggal 27 Juli 1480, pasukan Ottoman melancarkan serangan besar yang menurunkan sekitar 2500 Janissari dan berhasil merebut menara Italia dan memasuki kota. Serangan ini telah membuat Pierre d'Aubusson terluka. Setelah tiga jam pertempuran, serangan balik Rhodes menyebabkan pasukan Ottoman mundur. Kesatria Hospitaller berhasil mengambil alih kota, dan sekitar 4000 orang Turki telah dibunuh dalam pertempuran itu. Tanggal 17 Agustus 1480, armada Ottoman menghentikan serangannya merebut Rhodes. Sultan Mehmed II sangat marah dan berjanji akan menyerang pulau itu lagi, tetapi dia keburu meninggal pada tahun 1481.
Pada tahun 1521, Philippe Villiers de L'Isle-Adam terpilih sebagai Grand Master. Dia memperkirakan akan ada serangan Ottoman di Rhodes, sehingga terus memperkuat benteng kota. Kerusakan benteng ini tidak hanya disebabkan oleh serangan Ottoman sebelumnya, tetapi juga karena gempa bumi tahun 1481. Mereka juga meminta kesatria Ordo yang berada di Eropa untuk datang mempertahankan pulau. Permintaan ini diabaikan Ordo Eropa, hanya Sir John Rawson yang datang ikut membantu. Pintu masuk pelabuhan Rhodes diblokir dengan rantai besi berat.
Pada tanggal 26 Juni 1522, Kekaisaran Ottoman membawa 400 armada menyerang Rhodes. Sultan Suleiman turun langsung kesana dengan membawa 100,000 pasukan pada tanggal 28 Juli dan bertanggung jawab atas pulau itu. Armada ini memblokade pelabuhan dan membombardir kota dengan artileri darat, diikuti oleh serangan infanteri setiap hari. Serangan ini juga merusak benteng, termasuk melalui terowongan dan tambang, dibakar dan rusak. Setelah lima minggu, benteng ini di ledakan dengan dua ranjau bubuk mesiu di bawahnya hingga menyebabkan tembok sepanjang 12 meter roboh menutupi parit. Pertempuran ini berlangsung sengit, dimana keduanya kelelahan. Rhodes tidak mendapatkan dukungan pasukan tambahan, sementara pasukan Ottoman terus berdatangan.
Pada tanggal 22 Desember, perwakilan penduduk kota Latin dan Yunani menerima ketentuan Suleiman yang murah hati. Para kesatria diberi waktu dua belas hari untuk meninggalkan pulau itu. Mereka diizinkan membawa senjata mereka dan barang-barang berharga atau ikon keagamaan yang mereka inginkan. Sementara untuk penduduk pulau yang ingin pergi bisa kapan saja dalam kurun waktu periode tiga tahun. Tidak ada gereja yang dinodai atau diubah menjadi masjid. Dan penduduk yang tersisa di pulau itu bebas dari pajak Ottoman selama lima tahun.
Akhirnya para Kesatria Hospitaller keluar dari pulau Rhodes pada tanggal 1 Januari 1523. Proses ini dilakukan dengan cara terhormat, para ksatria dan tentara yang tersisa berbaris keluar kota dengan spanduk, memukul genderang dan mereka mengenakan baju perang. Mereka menaiki 50 kapal yang telah disediakan dan berlayar ke Crete bersama beberapa ribu warga sipil.
Kisah Sultan Suleiman Ottoman selengkapnya bisa dilihat dalam video youtube berikut ini: https://youtu.be/RX9T5YGZBk8
Serangan pertama Rhodes pernah dicatat langsung oleh saksi sejarah, Guillaume Caoursin. Dia menuliskannya dan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris karya John Caius the Elder dicetak tahun 1484. Dikisahkan serangan ini terjadi pada tahun 1480, dimana sekelompok pasukan Ksatria Hospitaller yang berada di Rhodes bertahan dari serangan Kekaisaran Ottoman. Saat itu 160 armada Utsmaniyah membawa 70,000 tentara di bawah komando Mesih Pasha tiba di teluk Trianda, tepat didepan pantai Rhodes. Pasukan yang diterjunkan Ottoman itu dihadang Garnisun Knights Hospitaller yang dipimpin oleh Grand Master Pierre d'Aubusson.
Serangan armada Ottoman ini bertujuan untuk merebut Menara St.Nicholas, yang dianggap sebagai kunci untuk mempertahankan pelabuhan Mandraki dan teluk timur Akandia. Armada Ottoman terus menerus membardir sejak 9 Juni 1480 dan melakukan serangan hebat. Pertahanan dipulau Rhodes ini ternyata cukup kuat hingga berhasil memukul mundur serangan Ottoman di pantai itu. Gelombang serangan selanjutnya berada di timur dekat kawasan Yahudi yang menuju teluk Akandia. Selama pengeboman artileri Turki, pasukan Rhodes menggali parit di bagian dan membangun benteng baru. Banyak korban tewas di kedua pihak dalam pertempuran ini.
Pada tanggal 27 Juli 1480, pasukan Ottoman melancarkan serangan besar yang menurunkan sekitar 2500 Janissari dan berhasil merebut menara Italia dan memasuki kota. Serangan ini telah membuat Pierre d'Aubusson terluka. Setelah tiga jam pertempuran, serangan balik Rhodes menyebabkan pasukan Ottoman mundur. Kesatria Hospitaller berhasil mengambil alih kota, dan sekitar 4000 orang Turki telah dibunuh dalam pertempuran itu. Tanggal 17 Agustus 1480, armada Ottoman menghentikan serangannya merebut Rhodes. Sultan Mehmed II sangat marah dan berjanji akan menyerang pulau itu lagi, tetapi dia keburu meninggal pada tahun 1481.
Ottoman Berhasil Merebut Rhodes
Sejak pengepungan sebelumnya, benteng Rhodes banyak di modifikasi sehingga jauh lebih tangguh dalam melawan serangan artileri. Mereka menebalkan dinding, memperbesar lebar parit, membangun benteng baru di sekitar menara, mengurangi pintu gerbang, dan tembok tua digantikan untuk pertempuran artileri. Siapa yang mengerjakan semua konstruksi baru itu? Mereka adalah tukang batu yang berasal dari buruh dan budak Muslim yang didakwa kerja paksa yang paling berat.Pada tahun 1521, Philippe Villiers de L'Isle-Adam terpilih sebagai Grand Master. Dia memperkirakan akan ada serangan Ottoman di Rhodes, sehingga terus memperkuat benteng kota. Kerusakan benteng ini tidak hanya disebabkan oleh serangan Ottoman sebelumnya, tetapi juga karena gempa bumi tahun 1481. Mereka juga meminta kesatria Ordo yang berada di Eropa untuk datang mempertahankan pulau. Permintaan ini diabaikan Ordo Eropa, hanya Sir John Rawson yang datang ikut membantu. Pintu masuk pelabuhan Rhodes diblokir dengan rantai besi berat.
Pada tanggal 26 Juni 1522, Kekaisaran Ottoman membawa 400 armada menyerang Rhodes. Sultan Suleiman turun langsung kesana dengan membawa 100,000 pasukan pada tanggal 28 Juli dan bertanggung jawab atas pulau itu. Armada ini memblokade pelabuhan dan membombardir kota dengan artileri darat, diikuti oleh serangan infanteri setiap hari. Serangan ini juga merusak benteng, termasuk melalui terowongan dan tambang, dibakar dan rusak. Setelah lima minggu, benteng ini di ledakan dengan dua ranjau bubuk mesiu di bawahnya hingga menyebabkan tembok sepanjang 12 meter roboh menutupi parit. Pertempuran ini berlangsung sengit, dimana keduanya kelelahan. Rhodes tidak mendapatkan dukungan pasukan tambahan, sementara pasukan Ottoman terus berdatangan.
Gencatan Senjata Dan Pengusiran Ksatria
Suleiman menawarkan kedamaian bagi warga Rhodes, menjamin hidup dan makanan mereka jika menyerah. Jika menolak dan terus bertahan, mereka akan mati atau menjadi budak. Tawaran ini didukung penduduk kota sehingga menekan Villiers de L'Isle-Adam menyetujui negosiasi. Gencatan senjata diumumkan pada tanggal 11-13 Desember 1522, tetapi mereka malah menuntut jaminan lebih banyak. Gara-gara tuntutan panjang ini, Suleiman marah dan memerintahkan pasukannya membombardir serta melanjutkan serangan. Pada tanggal 20 Desember, gencatan senjata akhirnya disetujui setelah Grand Master mendapat tekanan dari penduduk kota.Pada tanggal 22 Desember, perwakilan penduduk kota Latin dan Yunani menerima ketentuan Suleiman yang murah hati. Para kesatria diberi waktu dua belas hari untuk meninggalkan pulau itu. Mereka diizinkan membawa senjata mereka dan barang-barang berharga atau ikon keagamaan yang mereka inginkan. Sementara untuk penduduk pulau yang ingin pergi bisa kapan saja dalam kurun waktu periode tiga tahun. Tidak ada gereja yang dinodai atau diubah menjadi masjid. Dan penduduk yang tersisa di pulau itu bebas dari pajak Ottoman selama lima tahun.
Akhirnya para Kesatria Hospitaller keluar dari pulau Rhodes pada tanggal 1 Januari 1523. Proses ini dilakukan dengan cara terhormat, para ksatria dan tentara yang tersisa berbaris keluar kota dengan spanduk, memukul genderang dan mereka mengenakan baju perang. Mereka menaiki 50 kapal yang telah disediakan dan berlayar ke Crete bersama beberapa ribu warga sipil.
Kisah Sultan Suleiman Ottoman selengkapnya bisa dilihat dalam video youtube berikut ini: https://youtu.be/RX9T5YGZBk8