Salah satu perang senjata kimia ditemukan dalam mitos Yunani kuno Hercules. Pasukan di hujani panah dari darah Hydra yang mampu membuat musuh tewas keracunan. Ada juga kisah pasukan Yunani yang dipimpin oleh Odiseus pernah memanfaatkan panah racun dalam perang Troya yang terjadi abad ke 12 SM. Perang ini yang menyebabkan Achilles tewas karena panah beracun di tumitnya.
Perang senjata kimia juga ditemukan dalam jejak sejarah perang Peloponnesia sekitar tahun 429 SM. Mereka menyebarkan asap beracun dimana peperangan ini berlangsung selama puluhan. Pada saat itu terjadi pertempuran antara Sparta dan Athena, mereka membakar kayu yang dicampur dengan sulfur dan diletakkan dibawah dinding. Asap ini melumpuhkan para prajurit sehingga kemampuan mereka lemah untuk melawan serangan Sparta.
Penggunaan senjata kimia juga ditemukan di peradaban Timur seperti India sekitar tahun 326 SM. Pertempuran ini terjadi selama invasi India, para Harmatelia yang tinggal di dekat Mansura-Pakistan, menyerang pasukan Alexander Agung dengan panah beracun yang terbuat dari ular kobra. Di Cina juga ditemukan tulisan yang menggambarkan penggunaan gas beracun di sebuah kota. Asap beracun dikeluarkan dari bola atau sayuran beracun lainnya yang dibakar, dipompa melalui terowongan yang ditujukan untuk melumpuhkan pasukan yang mengepung kota.
Pasukan ini mulai menggali lubang untuk menerobos dinding sekaligus merobohkan dinding tembok kota. Pasukan kota mengetahuinya dan mencoba memblokir dengan cara menggali lubang. Dua terowongan ini pun akhirnya bertemu, pasukan Romawi langsung menyerang dan mengejar musuhnya. Pada saat Romawi berhadapan dengan mereka didalam lubang, pasukan Sassaniyah menutup terowongan secepatnya.
Baca juga: Moge Khatun, Selir Genghis Khan Yang Dinikahi Anaknya
Setelah itu, pasukan Sassaniyah merusak jalur lubang ini dengan cara membakar kimia. Ini dibuktikan dengan temuan kristal belerang dan aspal dalam terowongan. Pemeriksaan ulang dilakukan pada tahun 2009, beberapa bukti tambahan menjelaskan peristiwa yang terjadi selama pengepungan. Menurut arkeolog, terowongan itu terlalu sempit untuk pertempuran dan diragukan adanya kontak fisik. Pasukan-pasukan ini tidak tewas seketika didalam terowongan.
Perang Senjata Kimia selengkapnya bisa dilihat dalam video youtube berikut ini: https://youtu.be/03PRCsgXlrs
Meskipun tidak ada catatan kapan pengepungan terakhir, arkeolog mendapatkan petunjuk bahwa pasukan didalam terowongan tewas karena kimia. Dura-Europos pernah digali pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh arkeolog Perancis dan Amerika. Mereka menemukan lubang yang digali orang Persia Sassaniyah dan digali lagi oleh orang Romawi. Arkeolog juga menemukan sekitar 19 kerangka tentara Romawi dan seorang prajurit Sassaniyah didalam terowongan. Pertempuran sengit telah didalam terowongan, dimana Sassaniyah berhasil memukul mundur prajurit Romawi.
Baca juga: Inilah Serangan Biologis Pasukan Khan Yang Menghancurkan Eropa
Prof Simon James, arkeolog dari Universitas Leicester, Sassaniyah menggunakan gas beracun untuk membunuh pasukan Romawi. Ketika belerang dan aspal dimasukkan kedalam pembakaran akan menciptakan gas yang membuat manusia tersedak, dan asam sulfat meracuni melalui rongga hidung pasukan Romawi. Dalam beberapa menit, pasukan Romawi yang berada didalam terowongan tewas. Seorang prajurit Sassaniyah mengorbankan dirinya untuk menggunakan senjata kimia dan meninggal didalam terowongan bersama mereka. Setelah terowongan bersih dari gas, pasukan Sassaniyah menumpuk tubuh pasukan Romawi dipintu lubang sebagai benteng penghadang serangan musuh.
Baca juga: Kisah Genghis Khan Membebaskan Penindasan Umat Islam
Pasukan Sassaniyah menghadang serangan menara lain yang berada di ujung selatan dinding barat. Sebuah terowongan kemudian dibesarkan untuk menyerang menara. Tetapi pasukan kota itu berhasil menghentikan penggalian lubang. Musuh menggali terowongan lain untuk menembus kota dari bawah tanah. Pada akhirnya pasukan musuh berhasil memasuki kota, penduduk kota dipaksa berbaris menuju Ctesiphon. Sebagian dijual sebagai budak, kota dijarah dan tidak pernah dibangun kembali.
Perang senjata kimia juga ditemukan dalam jejak sejarah perang Peloponnesia sekitar tahun 429 SM. Mereka menyebarkan asap beracun dimana peperangan ini berlangsung selama puluhan. Pada saat itu terjadi pertempuran antara Sparta dan Athena, mereka membakar kayu yang dicampur dengan sulfur dan diletakkan dibawah dinding. Asap ini melumpuhkan para prajurit sehingga kemampuan mereka lemah untuk melawan serangan Sparta.
Penggunaan senjata kimia juga ditemukan di peradaban Timur seperti India sekitar tahun 326 SM. Pertempuran ini terjadi selama invasi India, para Harmatelia yang tinggal di dekat Mansura-Pakistan, menyerang pasukan Alexander Agung dengan panah beracun yang terbuat dari ular kobra. Di Cina juga ditemukan tulisan yang menggambarkan penggunaan gas beracun di sebuah kota. Asap beracun dikeluarkan dari bola atau sayuran beracun lainnya yang dibakar, dipompa melalui terowongan yang ditujukan untuk melumpuhkan pasukan yang mengepung kota.
Perang Senjata Kimia Dura-Europos
Dura-Europos adalah pusat perdagangan penting di Suriah Romawi. Kota itu berada di tangan Sassaniyah selama beberapa tahun dan kemudian ditinggalkan. Beberapa bukti perang senjata kimia sejauh ini diperoleh melalui narasi. Bukti arkeologi adanya perang senjata kimia telah ditemukan di lokasi Dura-Europos yang terletak di tepi Sungai Efrat, Suriah. Pada tahun 256, Shapur I mengepung kota dan memerintahkan untuk melemahkan dua menara yang terletak di utara Gerbang Palmyrene.Pasukan ini mulai menggali lubang untuk menerobos dinding sekaligus merobohkan dinding tembok kota. Pasukan kota mengetahuinya dan mencoba memblokir dengan cara menggali lubang. Dua terowongan ini pun akhirnya bertemu, pasukan Romawi langsung menyerang dan mengejar musuhnya. Pada saat Romawi berhadapan dengan mereka didalam lubang, pasukan Sassaniyah menutup terowongan secepatnya.
Baca juga: Moge Khatun, Selir Genghis Khan Yang Dinikahi Anaknya
Setelah itu, pasukan Sassaniyah merusak jalur lubang ini dengan cara membakar kimia. Ini dibuktikan dengan temuan kristal belerang dan aspal dalam terowongan. Pemeriksaan ulang dilakukan pada tahun 2009, beberapa bukti tambahan menjelaskan peristiwa yang terjadi selama pengepungan. Menurut arkeolog, terowongan itu terlalu sempit untuk pertempuran dan diragukan adanya kontak fisik. Pasukan-pasukan ini tidak tewas seketika didalam terowongan.
Perang Senjata Kimia selengkapnya bisa dilihat dalam video youtube berikut ini: https://youtu.be/03PRCsgXlrs
Meskipun tidak ada catatan kapan pengepungan terakhir, arkeolog mendapatkan petunjuk bahwa pasukan didalam terowongan tewas karena kimia. Dura-Europos pernah digali pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh arkeolog Perancis dan Amerika. Mereka menemukan lubang yang digali orang Persia Sassaniyah dan digali lagi oleh orang Romawi. Arkeolog juga menemukan sekitar 19 kerangka tentara Romawi dan seorang prajurit Sassaniyah didalam terowongan. Pertempuran sengit telah didalam terowongan, dimana Sassaniyah berhasil memukul mundur prajurit Romawi.
Baca juga: Inilah Serangan Biologis Pasukan Khan Yang Menghancurkan Eropa
Prof Simon James, arkeolog dari Universitas Leicester, Sassaniyah menggunakan gas beracun untuk membunuh pasukan Romawi. Ketika belerang dan aspal dimasukkan kedalam pembakaran akan menciptakan gas yang membuat manusia tersedak, dan asam sulfat meracuni melalui rongga hidung pasukan Romawi. Dalam beberapa menit, pasukan Romawi yang berada didalam terowongan tewas. Seorang prajurit Sassaniyah mengorbankan dirinya untuk menggunakan senjata kimia dan meninggal didalam terowongan bersama mereka. Setelah terowongan bersih dari gas, pasukan Sassaniyah menumpuk tubuh pasukan Romawi dipintu lubang sebagai benteng penghadang serangan musuh.
Baca juga: Kisah Genghis Khan Membebaskan Penindasan Umat Islam
Pasukan Sassaniyah menghadang serangan menara lain yang berada di ujung selatan dinding barat. Sebuah terowongan kemudian dibesarkan untuk menyerang menara. Tetapi pasukan kota itu berhasil menghentikan penggalian lubang. Musuh menggali terowongan lain untuk menembus kota dari bawah tanah. Pada akhirnya pasukan musuh berhasil memasuki kota, penduduk kota dipaksa berbaris menuju Ctesiphon. Sebagian dijual sebagai budak, kota dijarah dan tidak pernah dibangun kembali.
Referensi
- The Palmyrenes of Dura-Europos: A Study of Religious Interaction in Roman Syria. By Dirven, 1999.
- The Final Siege of Dura: Ancient 'Chemical Warfare'? By University of Leicester, 2011.