Dalam cerita nabi Isa disalib, melibatkan Herodias dan Salome, dua sosok wanita ibu dan anak yang terkenal diawal abad Masehi. Namanya terkenal sampai hari ini karena telah memerintahkan eksekusi Yohanes Pembaptis, juga diduga telah menyarankan eksekusi terhadap nabi Isa. Keduanya adalah wanita cantik di zamannya, hingga membuat raja Herod Antipas ingin menjadikan salah satunya sebagai istri.
Herodes atau Herod Antipas adalah raja wilayah Galilea di bawah Kekaisaran Romawi. Dia telah memenjarakan John atau Yohanes Pembaptis karena menegurnya untuk menceraikan istri pertamanya, Phasaelis. Herod memilih untuk mengambil Herodias secara tidak sah, padahal wanita ini adalah istri saudaranya, Herod II. Dia juga ikut andil dalam eksekusi terhadap nabi Isa yang berada diwilayah kekuasannya.
Cerita Nabi Isa Disalib
Kisah Herodias dan Salome, dua wanita yang pernah disebut 'Power of Women' pada abad pertengahan. Kisah ini lebih banyak diangkat dari versi Alkitab dan bukti sejarah. Sedangkan versi Quran mengisyaratkan bahwa raja yang berkuasa saat itu telah mengakhiri kisah nabi yang hidup di zamannya.
Eksekusi John Pembaptis awalnya dimulai pada hari ulang tahun Herod, putri Herodias yang bernama Salome menari di hadapan raja dan para tamunya. Tariannya membuat Herod kagum, saat itu Herod mabuk dan dia berjanji akan memberikan apa pun yang diinginkannya. Salome pun bertanya kepada ibunya apa yang harus dia minta. Dan ibunya meminta kepala Yohanes Pembaptis di atas piring. Herod terkejut dengan permintaan itu, tetapi akhirnya dia menyetujui dan memerintahkan agar Yohanes dieksekusi.
Menurut sejarawan, raja Herod memerintahkan eksekusi terhadap Yohanes tidak hanya berdasarkan permintaan Salome dan ibunya. Herodes membunuhnya agar pengaruh besar yang dimiliki Yohanes memudar, dan cenderung membangkitkan pemberontakan di kerajaannya. Menurutnya, eksekusi adalah jalan terbaik.
Setelah mengeksekusi Yohanes, kemunculan Isa di Galilea membuat raja Herod dan Herodias takut. Dia mengira bahwa Yohanes telah dibangkitkan dari kematian, secara garis besar keduanya ada kemiripan. Sekelompok orang Farisi telah memperingatkan Isa bahwa Herod Antipas merencanakan kematiannya. Dimana saat itu Isa mengecam raja wilayah sebagai rubah dan menyatakan bahwa dirinya tidak akan menjadi korban berikutnya.
Pilatus kemudian menangkapnya dan mengetahui bahwa Isa adalah seorang Galilea yang berada dibawah kekuasaan Herod. Dia mengirimnya ke Herod Antipas yang berada di Yerusalem pada saat itu. Awalnya, Herod senang melihat kedatangan Isa, dan berharap dia bisa melihat mukjizat. Tetapi Isa tetap diam ketika ditanyai, raja ini kemudian mengejeknya dan mengirimnya kembali ke Pilatus untuk di eksekusi.
Baca juga: Kisah Nabi Yahya Tidak Wafat Di Penggal
Menurut Quran, eksekusi yang dilakukan penguasa Yahudi gagal. Seperti yang tercantum dalam surah An-Nisa ayat 157, bahwa ada seseorang yang diserupakan dengan Isa sehingga dia terbebas dari kematian yang menyakitkan. Dan Quran sendiri telah menjamin yang tercantum dalam surah Maryam 33, "Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali".
Menurut tafsir Ibnu Katsir, mereka menyangka bahwa Yudas berkhianat memberi tahu Yahudi dimana posisi Isa. Dialah yang diserupakan dengan Isa, lalu dia disalib. Dia mengatakan, "Saya bukan orang yang kalian cari, justru saya yang menunjukkan kalian posisi orang yang kalian cari." (Tafsir Ibnu Katsir, 2/452)
Nasib Herod Dan Herodias
Bagaiman nasib raja Herod Antipas dan Herodias yang telah memerintahkan eksekusi terhadap nabi? Awalnya raja Herod Antipas menceraikan istri pertamanya, Phasaelis, putri Raja Aretas IV dari Nabatea. Perceraian ini untuk menikahi Herodias yang kemudian dikritik oleh Yohanes Pembaptis di depan umum dan menyebabkan dirinya dieksekusi. Istrinya mengetahui rencana itu dan meminta izin untuk melakukan perjalanan ke benteng perbatasan Machaerus, di mana pasukan Nabatea mengantar ke ayahnya. Perceraian raja ini menambah permasalahan pribadi terhadap perselisihan sebelumnya dengan raja Aretas, mertuanya. Kemudian Raja Aretas mendeklarasikan perang terhadap Herodes, alasannya karena perebutan wilayah di perbatasan Perea dan Nabatea.
Gara-gara wanita sekelas Herodias, tercetuslah perang yang membawa bencana bagi Herod. Tentaranya menderita kekalahan telak setelah para pasukan dari bekas pengikut Herod II memihak Nabatea, dan Antipas terpaksa memohon bantuan kepada kaisar Tiberius. Kaisar ini memerintahkan Lucius Vitellius, gubernur Suriah, untuk melawan Aretas dan memastikan bahwa dia tertangkap atau dibunuh. Saat itu Lucius membawa dua legiun, ketika bergabung dengan Herod, dia mendapat kabar kematian kaisar Tiberius. Pasukan yang dibawanya kemudian dibawa kembali dan tidak jadi ikut berperang.
Menurut tradisi, orang Yahudi percaya bahwa bencana militer yang menimpa Herod di tangan Aretas, ayah mertuanya, adalah hukuman Allah atas kelakuannya yang tidak adil. Saat peperangan itu terjadi, dia tidak mendapatkan pertolongan apapun sehingga kalah telak.
Tetapi jatuhnya kekuasaan Herod bukan karena peperangan dengan Aretas, melainkan karena ulah Caligula dan keponakannya sendiri, Agrippa, saudara lelaki Herodias. Agrippa berhutang pada masa pemerintahan Tiberius, dimana Herodias membujuk suaminya untuk membantu Agrippa. Tetapi setelah keduanya bertengkar, Agrippa melarikan diri dan dipenjara dengan berbagai tuduhan. Ketika Caligula menjadi kaisar pada tahun 37 M, dia membebaskan Agrippa.
Pada tahun 39 M, Herod Antipas dituduh oleh Agrippa karena bersekongkol melawan kaisar Caligula Romawi. Menurutnya, Herod memiliki persediaan senjata yang cukup untuk memenuhi kebutuhan 70,000 pasukan. Tuduhan ini menyebabkan dirinya diasingkan di Gaul. Caligula menawarkan untuk membiarkan Herodias, sebagai saudara perempuan Agrippa. Tetapi dia memilih untuk bergabung dengan suaminya di pengasingan. Dan akhirnya Caligula membunuh Herod di pengasingan. Tidak ada bukti sejarah yang menyebutkan bahwa Herodias memiliki anak dari suami keduanya ini.
Dalam legenda Eropa abad pertengahan, Herodias dianggap sebagai pemimpin supranatural dari sekte penyihir yang identik dengan Diana, Holda, dan Abundia. Sementara dari sisi seni, Herodias dan Salome digambarkan sebagai sosok 'Power of Women' pada abad pertengahan dan periode Renaissance. Kedua wanita ini sampai sekarang masih diangkat sebagai tema dalam seni dan teater.
Reference
- Herodias: At Home In That Fox's Den, by Florence Morgan Gillman 2003.
- John the Baptist: Prophet and Evangelist, Carl R Kazmierski, 1996.