Kisah Nabi Yahya diceritakan sebagai seorang nabi yang mengumumkan kedatangan Isa, dan
sebagai salah satu nabi yang ditemui Muhammad ketika Mi'raj ke tujuh
langit. Disebutkan bahwa rasul bertemu dengan Yahya dan Isa di langit
kedua dan menyapanya. Kisah nabi Yahya juga diceritakan kepada raja
Abyssinian selama migrasi pengungsi Muslim ke Abyssinia. Dia adalah
orang yang membawa kedamaian pada hari kelahirannya dan pada hari
kematiannya.
Banyak orang meyakini bahwa Yahya adalah sosok yang sama dengan Yohanan Pembaptis yang tewas dipenggal oleh penguasa Yahudi. Kepalanya diawetkan dan disimpan, serta dianggap suci di Roma. Benarkah potongan tubuh ini milik nabi Yahya? Sejarah dan literatur bahasa membuktikan, bahwa Yahya tidak sama dengan Yohanan Pembaptis. Dan kisah eksekusi ini diadopsi dari Alkitab dan Yahudi.
Kisah Nabi Yahya Di Palsukan
Yahya bin Zakariyya hidup antara tahun 1 hingga 31 M. Menurut sejarah, dia hidup selama 30 tahun dan diangkat menjadi nabi pada tahun 28 M, dia hidup sezaman dengan nabi Isa. Kisah Nabi Yahya tidak banyak diuraikan dalam Quran. Tetapi telah dijelaskan bahwa dirinya dikaruniai hikmah dan ilmu sejak kecil. Dia anak yang berbakti dan hormat pada orang tuanya, pintar dan tajam pemikirannya. Di zaman itu, dia dikenal sebagai ahli agama dan hafal Taurat.
Dikisahkan, Zakaria berdoa kepada Allah dengan suara yang lembut dan merendahkan diri. Merasa dirinya kian bertambah tua, sehingga berprasangka tidak mungkin mendapatkan keturunan dari istrinya yang mandul. Doa yang diucapkan Zakaria tidak sia-sia, kabar baik mendatanginya. Disebutkan bahwa dia akan mendapatkan keturunan anak laki-laki yang akan diberi nama Yahya.
Menurut versi sejarah, Yahya dikisahkan terbunuh dengan cara menyedihkan, yaitu kepalanya dipenggal. Banyak orang tidak mengetahui bahwa kisah seperti ini didasarkan pada Alkitab yang disebut mereka sebagai John atau Yohanes Pembaptis. Sementara Quran hanya menceritakan tentang kehidupannya, tetapi tidak disebutkan bagaimana kematiannya.
Kisah Nabi Yahya selengkapnya bisa dilihat dalam video youtube berikut ini: https://youtu.be/hiaI1gHhfwM
Dalam versi Alkitab dikisahkan, Yohanan Pembaptis digambarkan mengenakan pakaian dari bulu unta, hidup dengan belalang dan madu liar. Kematiannya disebabkan karena sebuah insiden, ketika John menegur Herodes untuk tidak menikahi Herodias, mantan istri saudaranya. Menurut John Pembaptis, menikahi Herodias dianggap melanggar aturan agama. Sebagian raja di Damaskus pada zaman itu ingin menikahi wanita-wanita yang menjadi mahram mereka atau wanita yang tidak halal untuk mereka nikahi.
Suami pertama Herodias adalah Herodes II, mereka memiliki anak perempuan yang bernama Salome. Herodias dan Salome cantiknya luar biasa, siapapun pasti bertekuk lutut kepadanya. Putri Herodias, Salome, seorang yang cerdik merayu pria. Dia menari di hadapan Herodes dan melakukan tarian yang mengagumkan sambil memakai tujuh helai baju. Setiap kali menari, maka terlepaslah setiap baju yang dipakainya. Dan pada tarian yang terakhir, tubuhnya tampak tanpa busana.
Anaknya ini suka meminta apa pun keinginannya, dia meminta kepala John Pembaptis sebagai imbalan. Tetapi Herodes enggan melakukannya karena dia masih suka mendengarkan apa yang diucapkan John Pembaptis. Bahkan Herodes takut kepadanya karena dia mengetahui bahwa John Pembaptis adalah orang yang benar dan suci. Sehingga membuat Herodes lupa diri, dia memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes. Kemudian kepalanya diletakkan diatas piring dan diserahkan kepada Herodias dan putrinya, Salome.
Siapa sebenarnya Herodias yang sangat kejam dalam sejarah Yahudi? Namanya terkenal karena telah mengeksekusi Yohanes Pembaptis, kemudian dia juga yang memerintahkan eksekusi terhadap nabi Isa. Setelah bercerai dengan suami pertamanya, dia menikah dengan Herodes Antipas, saudara tiri suami pertamanya Herodes II.
Demi wanita ini, Antipas menceraikan istri pertamanya, Phasaelis, putri Raja Aretas IV dari Nabatea. Pernikahan terlarang ini dikritik oleh Yohanes Pembaptis di depan umum. Selain memprovokasi pembunuhan John, perceraian raja itu menambah permasalahan pribadi terhadap perselisihan sebelumnya dengan Aretas mengenai wilayah di perbatasan Perea dan Nabatea. Gara-gara wanita ini, tercetuslah perang yang membawa bencana bagi Antipas, dimana serangan balik Romawi diperintahkan oleh Tiberius.
Dalam legenda Eropa abad pertengahan, Herodias dianggap sebagai pemimpin supranatural dari sekte penyihir yang identik dengan Diana, Holda, dan Abundia. Sementara dari sisi seni, Herodias dan Salome digambarkan sebagai sosok 'Power of Women' pada abad pertengahan dan periode Renaissance.
Menurut tradisi kuno, makamnya berada di Sebaste, dekat Nablus modern di Tepi Barat. Sejarawan mengatakan bahwa tempat itu telah dirusak oleh Julian Murtate sekitar tahun 362 M, dimana sebagian tulang-tulang telah dibakar. Sebagian lagi diselamatkan dan dibawa ke Yerusalem, kemudian dipindah ke Alexandria. Tahun 395, mereka menguburkannya di Basilika, bekas situs kuil Serapis. Tetapi makam di Sebaste terus dikunjungi oleh para peziarah yang hari ini bertempat di Masjid Nabi Yahya. Paus Yohanes Paulus II pernah mengunjungi makamnya di Masjid Umayyah selama kunjungannya ke Suriah pada bulan April 2001.
Sedangkan keberadaan kepala John Pembaptis sulit ditentukan. Menurut kisah, Herodias menguburnya di benteng Machaerus. Ada pula yang mengatakan bahwa kepalanya dimakamkan di istana Herodes Yerusalem. Pada masa pemerintahan Constantine, kepala ini dibawa dan disembunyikan di Emesa, Phoenicia, selama bertahun-tahun hingga ditemukan kembali pada tahun 453. Selama berabad-abad, orang-orang kristen berpendapat berbeda tentang keberadaan kepala yang terpenggal. Diantaranya kini berada di Jerman dan Roma.
Pada abad pertengahan dikabarkan bahwa Ksatria Templar di Katedral Amiens Perancis pernah memiliki kepala John Pembaptis. Banyak bukti dari Inkuisisi mereka diawal abad ke-14 yang menjelaskan adanya pemujaan kepala John Pembaptis. Kemudian, dikabarkan telah berada di San Silvestro, Capite Roma. Menurut mereka relik itu adalah kepala John Pembaptis yang telah ditemukan, dan dipelihara oleh Paus Benediktus XVI pada Agustus 2012.
Bagaimana penafsiran dalam islam? Tidak ada bukti kuat yang menyebutkan bahwa Yahya dibunuh dan dipenggal secara sadis. Kisah seperti ini diangkat dari Alkitab dan literatur Israel karena bertentangan dengan Quran.Berdasarkan surah Maryam 19:7, bahwa Zakaria diberi anugerah seorang anak laki-laki namanya Yahya, dan nama ini belum pernah diberikan sebelumnya.
Menurut cendikiawan muslim, bahwa John atau Yohanan Pembaptis bukan sosok Yahya yang dimaksud Quran. Karena nama 'Yohanan' telah digunakan beberapa kali sebelum munculnya John Pembaptis. Bahasa Arab dari kata Yohanes dalam Perjanjian Baru adalah Yuhanna, bukan Yahya. Demikian pula dari Alkitab Ibrani, Yuhanan bukan Yahya. Pengetahuan dasar tentang bahasa Semit merujuk bahwa nama Yahya dan John atau Yuhanna adalah dua nama yang sama sekali berbeda. Nama Yuhanna telah digunakan sebelumnya dalam tokoh Alkitab sebagaimana tercantum dalam Konkordansi "Yowchanan" dalam bahasa Ibrani, diantaranya:
- Seorang pendeta pada periode kependetaan agung Joiakim yang kembali bersama Zerubbabel
- Seorang pemimpin Yahudi setelah jatuhnya Yerusalem
- Anak tertua Raja Josiah
- Seorang pangeran di era pasca-pengasingan dari garis keturunan Daud
- Ayah dari Azariah, pendeta di era Sulaiman
- Salah satu ksatria Daud dari suku Benjamin
- Salah satu ksatria Daud dari suku Gad
- Dan seorang buangan yang kembali.
Jadi, Yahya sama sekali nama yang belum pernah digunakan siapapun dan tidak sama dengan Yohanan. Disebutkan dalam Quran surah Maryam, "Keselamatan atas dirinya pada hari dia dilahirkan dan pada hari dia meninggal dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali".
Bukti ini menjelaskan bahwa Yahya termasuk orang yang diselamatkan dari kematian yang tidak layak. Kisah serupa juga disebutkan dalam Quran untuk nabi Isa, surah Maryam 33 menyebutkan "Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali".
Para nabi akan mendapat pengabulan doa untuk tiga keadaan yang membutuhkan keselamatan, yaitu hari kelahiran, hari kematian dan hari kebangkitan. Ketiga keadaan ini membutuhkan keselamatan dan terkumpulnya kebahagiaan dari Allah agar terlindungi dari berbagai rasa sakit dan hal-hal yang mengerikan disetiap keadaan. (Tafsir ar Rozi juz III hal 303).