Lawrence of Arabia adalah intelijen Inggris yang berhasil menghancurkan kekuasaan Ottoman di tanah Arab melalui pemberontakan. Nama aslinya Kolonel Thomas Edward Lawrence, seorang arkeolog, perwira, diplomat, dan penulis asal Inggris. Lawrence dikenal dunia karena perannya dalam Pemberontakan Arab, Sinai dan Palestina, melawan Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia Pertama.
Sebagai intelijen Inggris, kegiatan dan asosiasinya sangat beragam masuk kedalam elemen sosial. Kemampuannya menggambarkan situasi sangat jelas dalam tulisannya, hingga dikenal dunia sebagai Lawrence of Arabia. Karena kesuksesannya ini, kisahnya diangkat ke layar lebar pada tahun 1962.
Sejak saat itu ayah Lawrence meninggalkan istri pertamanya dan hidup serumah bersama Sarah. Tetapi keduanya tidak menikah, malahan anaknya bertambah. Ternyata ibunya ini juga keturunan anak haram, nenek Lawrence seorang pelayan yang dipecat empat bulan sebelum Sarah lahir.
Kedua pasangan ini tinggal di Inggris Victoria, dimana masyarakat disana mayoritas Kristen sangat menjunjung tinggi moral. Mereka menganggap seks pra-nikah dan di luar nikah sebagai hal yang memalukan. Dan anak-anak yang lahir di luar nikah dianggap hina, tidak ada gadis dari keluarga terhormat yang bisa menikah dengannya. Akhirnya pada tahun 1896, Lawrences pindah ke Oxford untuk menempuh pendidikan, dia mempelajari sejarah dari tahun 1907 hingga 1910. Antara tahun 1910 dan 1914, dia bekerja sebagai arkeolog untuk Museum Inggris di Carchemish, Ottoman Suriah.
Baca juga: Peristiwa Perancis Menjajah Kairo Dan Menodai Mesjid Al-Azhar
Ketika Perang Dunia Pertama pecah, Lawrence menjadi sukarelawan Angkatan Darat Inggris dan ditempatkan di Mesir. Pemberontakan Arab dimulai pada Juni 1916, ketika itu pasukan Ottoman berencana maju di sepanjang pantai Laut Merah dan merebut kembali Mekah. Pada Oktober 1916, Lawrence dikirim ke Hijaz dalam misi pengumpulan intelijen yang dipimpin oleh Ronald Storrs. Dia mewawancarai putra Sharif Hussein, Ali, Abdullah, dan Faisal. Dan diputuskan bahwa Emir Faisal adalah kandidat terbaik untuk memimpin Pemberontakan.
Emir Faisal atau Faisal I bin Hussein bin Ali al-Hashemi, adalah Raja Kerajaan Arab Suriah pada tahun 1920, Raja Irak dari tahun 1921 hingga 1933. Dia juga putra ketiga Hussein bin Ali, Sharif Agung Mekah, yang telah menyatakan dirinya Raja tanah Arab pada bulan Oktober 1916.
Baca juga: Kesultanan Mamluk Mesir Hancur Diserang Napoleon Perancis
Lawrence of Arabia memantau secara teratur antara markas besar Inggris dan Faisal, mengkoordinasi aksi militer. Keterlibatan intelijen Inggris ini membuat Ottoman gerah, pada tahun 1918, orang-orang Turki menawarkan hadiah besar untuk penangkapan Lawrence, kepalanya dihargai hingga 20,000 Poundsterling, angka yang sangat tinggi pada waktu itu.
Feisal party at Versailles Conference, Wikimedia Commons |
Lawrence of Arabia
Latar belakang Lawrence berasal dari keluarga yang moralnya rusak, dia adalah anak yang lahir di luar nikah. Ayahnya seorang tuan tanah Anglo-Irlandia, Thomas Chapman, saat itu dia memperkerjakan seorang pengasuh untuk menjaga anak perempuannya. Pengasuhnya ini bernama Sarah Junner. Diam-diam ayahnya selingkuh dengan Sarah dan melahirkan seorang putra bernama Thomas Edward Lawrence, dia lahir pada 16 Agustus 1888.Sejak saat itu ayah Lawrence meninggalkan istri pertamanya dan hidup serumah bersama Sarah. Tetapi keduanya tidak menikah, malahan anaknya bertambah. Ternyata ibunya ini juga keturunan anak haram, nenek Lawrence seorang pelayan yang dipecat empat bulan sebelum Sarah lahir.
Kedua pasangan ini tinggal di Inggris Victoria, dimana masyarakat disana mayoritas Kristen sangat menjunjung tinggi moral. Mereka menganggap seks pra-nikah dan di luar nikah sebagai hal yang memalukan. Dan anak-anak yang lahir di luar nikah dianggap hina, tidak ada gadis dari keluarga terhormat yang bisa menikah dengannya. Akhirnya pada tahun 1896, Lawrences pindah ke Oxford untuk menempuh pendidikan, dia mempelajari sejarah dari tahun 1907 hingga 1910. Antara tahun 1910 dan 1914, dia bekerja sebagai arkeolog untuk Museum Inggris di Carchemish, Ottoman Suriah.
Baca juga: Peristiwa Perancis Menjajah Kairo Dan Menodai Mesjid Al-Azhar
Ketika Perang Dunia Pertama pecah, Lawrence menjadi sukarelawan Angkatan Darat Inggris dan ditempatkan di Mesir. Pemberontakan Arab dimulai pada Juni 1916, ketika itu pasukan Ottoman berencana maju di sepanjang pantai Laut Merah dan merebut kembali Mekah. Pada Oktober 1916, Lawrence dikirim ke Hijaz dalam misi pengumpulan intelijen yang dipimpin oleh Ronald Storrs. Dia mewawancarai putra Sharif Hussein, Ali, Abdullah, dan Faisal. Dan diputuskan bahwa Emir Faisal adalah kandidat terbaik untuk memimpin Pemberontakan.
Emir Faisal atau Faisal I bin Hussein bin Ali al-Hashemi, adalah Raja Kerajaan Arab Suriah pada tahun 1920, Raja Irak dari tahun 1921 hingga 1933. Dia juga putra ketiga Hussein bin Ali, Sharif Agung Mekah, yang telah menyatakan dirinya Raja tanah Arab pada bulan Oktober 1916.
Baca juga: Kesultanan Mamluk Mesir Hancur Diserang Napoleon Perancis
Lawrence of Arabia memantau secara teratur antara markas besar Inggris dan Faisal, mengkoordinasi aksi militer. Keterlibatan intelijen Inggris ini membuat Ottoman gerah, pada tahun 1918, orang-orang Turki menawarkan hadiah besar untuk penangkapan Lawrence, kepalanya dihargai hingga 20,000 Poundsterling, angka yang sangat tinggi pada waktu itu.
Meskipun harga kepalanya tinggi, tidak ada orang Arab yang mencoba mengkhianatinya. Bahkan Syarif Mekah telah memberinya status salah satu putranya.
Referensi
- T. E. Lawrence: from dream to legend. By Wilson, Jeremy (2011)
- Lawrence of Arabia: The Authorised Biography of T. E. Lawrence. By Wilson, Jeremy (1989)