Sunat atau khitanan merupakan tradisi yang dilakukan kaum laki-laki untuk umat islam, dan tradisi sunat Yahudi. Tetapi, tahukah Anda, tradisi memotong kulup atau preputium sudah dilakukan sejak zaman Mesir kuno. Tradisi ini juga dilakukan oleh orang-orang Afrika, Pasifik, dan tentunya Yudaisme.
Ada banyak pendapat tentang asal mula praktik khitanan. Sejarawan memperkirakan tradisi ini berawal dari Mesir kuno. Tetapi sebagian berpendapat, bahwa khitanan sudah dilakukan jauh sebelum memasuki periode Mesir kuno, oleh penduduk Arab selatan dan Afrika. Faktanya, selama ribuan tahun, sunat digunakan sebagai ritual keagamaan, ritual peralihan usia menuju dewasa. Bahkan juga digunakan sebagai bentuk hukuman di masa peperangan.
Tradisi Sunat Yahudi Dan Ibrahim
Tradisi sunat Yahudi sudah dipraktikkan di beberapa wilayah Afrika, Oceania, Yudaisme, dan tentunya Islam. Pada zaman Mesir kuno dan budaya di Afrika, pemotongan pada sebagian kulit. Sementara di kepulauan Pasifik, frenum dipotong tetapi kulup tidak dimodifikasi. Di Mesir kuno, prosesi sunat agak berbeda dari yang dilakukan orang-orang Israel kuno. Dimana Israel melakukannya sebagai tanda mengikuti perjanjian yang didirikan antara Allah dan Ibrahim.
Diceritakan bahwa Ibrahim melaksanakan sunat, juga pada kerabat dan hamba-hambanya. Keturunan Ibrahim diperintahkan untuk menyunat anak-anak mereka pada hari kedelapan. Cara ini dilakukan sebagai penanda etnis, menunjukkan bahwa mereka merupakan bagian dari bangsa Israel.
Ini juga merupakan suatu cara yang pertama kali untuk membedakan Kristen dan Yudaisme, orang-orang Kristen non-Yahudi tidak perlu disunat. Salah satu bab dari Perjanjian Baru, disebutkan bahwa Kristen tidak mewajibkan sunat dan juga tidak melarangnya. Tetapi dalam Injil Lukas menyebutkan bahwa Yesus disunat. Sementara dalam Islam, beberapa sumber memperdebatkan mengenai tradisi sunat. Prosesi ini merupakan tradisi yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad secara langsung.
Baca juga: Kisah Nabi Yahya Tidak Wafat Di Penggal
Di zaman Mesir kuno, tradisi pemotongan kulup biasanya dilakukan pada remaja yang akan diangkat menjadi imamat. Atau telah memasuki usia dewasa bagi kaum bangsawan dan kelas elit khusus. Bukti menunjukkan bahwa sunat dipraktikkan di Semenanjung Arab sejak abad ke-4 SM, ketika orang Sumeria dan Semit pindah ke daerah Irak. Tradisi ini dilakukan tidak hanya untuk alasan kesehatan, tetapi juga bagian dari obsesi terhadap kemurnian, spiritual dan intelektual. Dalam buku Egyptian Book of the Dead digambarkan Dewa Ra menyunat dirinya sendiri.
Berbeda dengan Afrika timur dan suku Bantu, sunat dilakukan sebagai ritual peralihan kedewasaan. Laki-laki muda dari kelompok etnis Xhosa dan Zulu secara tradisional melakukan ritual khusus. Di mana tubuh mereka akan dicat dengan kapur sebelum disunat. Selama prosesi, mereka diisolasi dari komunitas selama beberapa minggu, terutama dari wanita. Setelah penyunatan, mereka akan meninggalkan kulup yang dipotong di hutan. Sebagai simbol bahwa mereka telah meninggalkan kehidupan masa kecil dan menjadi laki-laki dewasa.
Menurut sejarah, penduduk asli Oceania, Aborigin dan Polinesia, menggunakan kerang laut sebagai alat pemotong. Ritual ini dilaksanakan sebagai tanda peralihan kedewasaan sekaligus ujian keberanian. Sunat juga dipraktikkan di peradaban Aztek dan Maya, tetapi sangat sedikit bukti yang ditemukan. Christopher Columbus melihat praktik sunat dilakukan oleh penduduk asli Amerika. Prosesi ini dilaksanakan sebagai pengorbanan atau ritual untuk menguji keberanian dan daya tahan.
Selain dari tradisi yang telah berlangsung ribuan tahun. Sunat juga digunakan dalam kasus menghukum tawanan perang. Ini terjadi di Timur Tengah, Afrika timur, dan Asia Selatan. Dimasa Alexander Agung menaklukkan Timur Tengah pada abad ke-4 SM, budaya Yunani kuno memasuki Timur Tengah. Orang-orang Yunani membenci sunat, sehingga kehidupan orang Yahudi yang telah sunat mengalami kesulitan dan tekanan.