Kisah Kaisar Nero tidak hanya membakar kota Roma. Kaisar ini terkenal tirani sejak membunuh ibunya dan istrinya. Setelah membakar kota Roma berhari-hari, dia mendoktrin pembantaian orang-orang Kristen tak lama setelah kepergian Isa. Penganiayaan di Kekaisaran Romawi terjadi selama lebih dari dua abad. Penganiayaan ini dimulai sejak Kebakaran Besar di Roma pada tahun 64 M dibawah pemerintahan Nero. Hingga tahun 313 M, Kaisar Constantine Agung dan Licinius melegalkan agama Kristen.
Nero diangkat menjadi kaisar pada tahun 54 M diusia 16 tahun. Pemerintahannya dianggap tirani, diawal pemerintahannya dia tetap dibimbing dan perlahan-lahan menjadi mandiri. Pada tahun 59 M, Nero membunuh ibu kandungnya, Agrippina. Penasihat utamanya, Seneca, diberhentikan dan dipaksa bunuh diri. Setelah Kebakaran Besar di kota Roma terjadi pada tahun 64 M, dikabarkan bahwa Nero memerintahkan pembakaran untuk membangun sebuah istana baru.
Kisah Kaisar Nero
Kepribadian ibunya Agrippina termasuk wanita yang kejam, ambisius, keras, dan mendominasi di Roma. Wanita ini menikahi pamannya sendiri, membunuh lawan politik yang jumlahnya tak tanggung-tanggung. Semua dilakukan demi menaikkan tahta anaknya, Nero. Diusia 13 tahun, Tiberius menjodohkan Agrippina pada sepupu pertamanya dari pihak ayah, Domitius. kemudian Agrippina hamil, dan nama anak ini adalah Lucius Domitius Ahenobarbus.
Agrippina pernah mengunjungi peramal untuk menanyakan tentang masa depan Nero. Mereka meramalkan bahwa putranya akan menjadi kaisar dan akan membunuhnya. Tetapi dia menjawab, "Biarkan dia membunuhku, asalkan dia menjadi kaisar". Setelah Domitius meninggal, dia menikah dengan Suetonius dan tidak memiliki anak. Anak tunggal dari suami pertamanya kemudian dikenal sebagai Kaisar Nero.
Setelah menduduki kursi Kaisar diusia 16 tahun, ibunya ikut memerintah melalui pengaruh Nero. Tetapi disamping Nero ada filsuf tegas bernama Seneca yang menjadi penasehat terkenal. Karena pengaruh filsuf ini, pemerintahan Nero tampak keputusan yang masuk akal dan bijak. Karena merasa kalah pengaruhnya, Ibunya geram dan berkomplot melawan putranya sendiri, dia menyebarkan fitnah. Atas kelakuan ibunya ditambah kejahatan lainnya, Nero memerintahkan untuk membunuh ibunya.
Sebelum ibunya tewas, dia menikahkan Octavia dengan Nero yang tak lain adalah saudara tirinya sendiri. Setelah menikah, istri pertamanya ini dibuang atas tuduhan palsu perzinahan. Sementara Nero menghamili Poppaea Sabina dan menikahinya. Octavia memprotes perlakuan ini, tetapi pelayannya disiksa sampai mati. Pengusiran Octavia diprotes keras warga Roma dan menyerukan agar dia kembali. Tetapi Nero menandatangani surat kematiannya. Istrinya inipun diikat dan nadinya terpotong dalam ritual bunuh diri Romawi tradisional. Dia mati lemas dalam bak uap yang sangat panas. Kepala Octavia dipotong dan dikirim ke Poppaea.
Poppaea Sabina wafat pada tahun 65, diduga tewas ditendang sampai mati oleh Nero. Setelah kematian istri kedua ini, tahun 66 dia menikahi Statilia Messalina.
Menurut catatan Tacitus yang hidup di zaman itu, kebakaran dimulai pada 19 Juli 64. Awalnya api mulai membakar toko-toko yang mudah terbakar di wilayah Circus. Malam itu cuaca berangin dan kobaran api menyebar dengan cepat, api meluas melalui area jalanan sempit yang berliku-liku dan pemukiman yang letaknya dekat. Di daerah yang lebih rendah kota Roma kuno tidak ada bangunan besar seperti kuil, atau area terbuka untuk menghalangi kebakaran.
Kemudian api menyebar di sepanjang lereng Palatine dan Caelian. Penduduk melarikan diri ke daerah-daerah yang tidak terpengaruh oleh api, ke ladang terbuka dan jalan pedesaan di luar kota. Para penjarah dan pelaku pembakaran diduga telah menyebarkan api dengan melemparkan obor. Selama 6 hari api terus membakar tanpa henti, dan menyala kembali selama 3 hari lagi.
Saat itu Nero sedang berada di Antium, diluar kota Roma. Nero kembali ke kota untuk membawa persediaan makanan dan membuka tempat umum untuk mengakomodasi para pengungsi. Dari 14 wilayah Roma, 3 wilayah dinyatakan benar-benar hancur, 7 wilayah hangus, dan hanya 4 wilayah yang benar-benar selamat dari kerusakan.
Catatan sejarah tentang kebakaran di Roma berasal dari tiga sumber yaitu Cassius Dio, Suetonius, dan Tacitus. Tetapi ada sumber lain yang menyatakan keterlibatan Nero dalam Kebakaran Besar di Roma. Ada 6 versi berbeda yang menyebutkan pembakaran kota Roma, yaitu.
- Nero mengirim orang-orang yang sedang mabuk untuk membakar kota.
- Nero termotivasi untuk menghancurkan kota itu sehingga dia bisa melewati senat dan membangun kembali Roma menurut gambaranya.
- Nero secara terbuka mengirim beberapa orang untuk membakar kota. Sementara dia menyaksikan dari Menara Maecenas di Bukit Esquiline dan bernyanyi sambil memainkan kecapi.
- Nero mengirim orang untuk membakar kota, dia menyanyi dan memainkan kecapi dari panggung pribadi.
- Kebakaran itu merupakan kecelakaan yang terjadi ketika Nero berada di Antium.
- Desas-desus mengatakan bahwa Nero yang mebakar Roma. Kemudian dia menyalahkan orang-orang Kristen.
Baca juga: Kisah Nabi Yahya Tidak Wafat Di Penggal
Dalam catatan Tacitus dan Tertullian, Nero menyiksa dan mengeksekusi orang-orang Kristen setelah kebakaran di Roma. Dia adalah orang pertama yang mendoktrin dan menganiaya orang-orang Kristen di Roma. Eusebius juga menuliskan bahwa Paulus dipenggal di Roma pada masa pemerintahan Nero. Penganiayaan Nero menyebabkan kematian tokoh Kristen terkenal termasuk Peter dan Paul, tetapi Nero tidak memberikan perintah khusus. Juga Petrus, orang pertama yang disalibkan terbalik di Roma pada masa pemerintahan Nero.
Antara tahun 64 hingga 313 M, jauh sebelum kedatangan nabi Muhammad saw. Umat ini menjalani tekanan besar dan penganiayaan lebih dari dua abad, hingga akhirnya Romawi melegalkan agama Kristen.
Setelah memerintah selama 13 tahun, Nero akhirnya bunuh diri pada 9 Juni 68, tepat dihari peringatan kematian Octavia. Karena tekanan kuat dari Senat yang menganggapnya sebagai musuh publik sehingga harus dieksekusi. Dia adalah anggota terakhir dari Keluarga Julio-Claudian. Kematian Nero telah membuat dinasti mereka berakhir.