Kisah ini sering kita dengar sebagai dongeng atau mitos yang rasanya tidak mungkin terjadi. Tetapi fakta sejarah priode klasik dari naskah relief disebutkan bahwa gunung dan pulau-pulau mengapung. Menurut mereka, misteri Bumi diatas kura-kura raksasa, dimana mitologi ini tertulis di artefak Amerika, India, Cina, dan Jepang.
Dalam mitos, kura-kura adalah simbol kebijaksanaan dan pengetahuan, dan mampu mempertahankan diri sendiri. Hewan ini melambangkan air, bulan, bumi, waktu, keabadian, dan kesuburan. Banyak keyakinan bahwa kura-kura menopang beban seluruh dunia, sebagai simbol ketabahan, ketenangan dalam agama, mitologi, dan cerita rakyat dari seluruh dunia.
Misteri Bumi Diatas Kura-Kura Raksasa
Legenda ini tertulis dalam literatur Hindu, diambil dari kisah Pengadukan Samudra Bima dimana para dewa bergejolak di Samudera Bima untuk memperebutkan air suci yang bisa membuat hidup abadi. Wisnu, merubah bentuknya menjadi kura-kura raksasa yang disebut Awatar Kurma di tengah-tengah Samudera. Diatas cangkang kura-kura raksasa ini terdapat Gunung Mandara atau Gunung Meru, digunakan sebagai tongkat yang berputar untuk mengaduk, sementara ular Vasuki digambarkan membentuk tali.
Dalam cerita rakyat Mexico, legenda ini telah dikenal sejak peradaban Mesoamerika. Terlihat ukiran kura-kura yang membawa pilar di punggungnya, sangat mirip dengan mitos dari India. Orang-orang Mesoamerika sangat menghormati kura-kura, seperti halnya di Asia, di mana kura-kura merupakan hewan suci dan bahkan dipuja.
Suku Maya meyakini adanya Dewa kura-kura berkepala dua, gambarnya ditemukan pada ukiran di beberapa altar zaman Klasik Akhir. Kura-kura berkepala dua dianggap sebagai dewa yang muncul pada awal penciptaan. Cangkang kura-kura digambarkan seperti jagung yang merupakan sumber kesuburan dan kelimpahan, merupakan pusat Dunia Pohon atau setara dengan Gunung Meru. Di periode Klasik suku Maya, prasasti seperti kura-kura bixi membawa tablet memorial di punggungnya terlihat sangat banyak.
Berbeda dengan Cina, simbolisme kura-kura terlihat pada arsitektur penguburan. Batu kura-kura terukir berfungsi sebagai dasar untuk menopang tablet peringatan yang isinya memuji kebaikan almarhum. Kura-kura Bixi ini umumnya ditempatkan sebagai hiasan makam kaisar Cina, dipasang di pintu masuk istana, kuil, dan dinding kota. Prasasti kura-kura juga banyak ditemukan di beberapa negara Asia lainnya yang dipengaruhi oleh China seperti Mongolia, Jepang, Vietnam dan Korea.
Gunung Penglai atau juga dikenal dengan nama Penghu, sebuah wilayah legendaris dalam mitologi Tionghoa. Wilayah ini dianggap sebagai tempat tinggal manusia abadi, Penglai dan Kunlun merupakan surga Taois yang paling terkenal. Menurut mitos, Delapan Dewa tinggal di ketiga pulau yang berada diatas punggung kura-kura sehingga dapat berpindah tempat. Awalnya jumlah pulau-pulau tersebut ada lima, tetapi kura-kura yang mengangkut dua pulau telah tenggelam.
Di Jepang, kura-kura dianggap melindungi kota Heian (Kyoto) dari ancaman yang timbul dari empat arah mata angin. Kura-kura hitam atau Gen-bu, melindungi Kyoto dari utara. Naga Azure (Sei-ryu, di timur), burung Vermilion (Su-Zaku, di selatan), dan Macan Putih (byak-ko, di barat).
Legenda Minogame juga menyebutkan rumput laut yang tumbuh di punggung kura-kura. Kura-kura adalah surga abadi dan gunung dunia, melambangkan umur panjang, keberuntungan, dan dukungan.
Referensi
- India through the ages, by Gopal, Madan (1990). K.S. Gautam, ed.
- Chinese Mythology A to Z. By Jeremy Roberts (2010). New York: Chelsea House Publishers.
- Classical Japanese Prose. By McCullough, Helen, Stanford Univ. Press, 1990.
- Kurma Avatar of Vishnu, below Mount Mandara, with Vasuki.
- A Ming-era bixi turtle with a blank stele near the temple of Yu the Great, part of the "Qingchuan Pavilion" complex in Wuhan.
- Prasat Phnom Da, style d'Angkor Vat, image courtesy of Wikimedia Commons.