Semua orang pernah mengalami hal seperti ini, bisa saja Anda dianggap gila karena berbicara sendiri. Tetapi sebenarnya suara-suara ini tidak selalu menandakan seseorang stress memikul beban berat. Karena berbicara sendiri tidak gila, ini lazim terjadi sejak 5000 tahun yang lalu. Fenomena ini disebut bikameral, sebuah teori yang menjelaskan bahwa manusia tidak berbicara dengan dirinya sendiri.
Bicameralism atau Bicameral adalah hipotesis radikal dalam psikologi yang berpendapat bahwa pikiran manusia berfungsi kognitif. Antara satu sisi otak tampaknya 'berbicara', dan sisi kedua mendengarkan dan menaati pikiran bikameral. Istilah ini diciptakan oleh Julian Jaynes, yang mempresentasikan ide itu dalam bukunya tahun 1976, di mana ia membuat kasus bahwa mental bikameral adalah kondisi pikiran normal manusia sejak 3000 tahun yang lalu.
Berbicara Sendiri Tidak Gila
Mengapa manusia berbicara dengan dirinya sendiri? Sebuah teori Bikameral yang dijelaskan Julian Jaynes menerangkan bahwa kesadaran terjadi ketika manusia menyadari sesuatu yang berbisik didalam diri. Fenomena ini dianggap aneh bagi manusia modern dan banyak yang menganggapnya sebagai gangguan otak. Tetapi tidak demikian bagi manusia yang hidup sekitar 5000 tahun lalu, mereka memiliki pikiran Bikameral yang mampu saling introspeksi dan berkomunikasi.
Menurut teori yang diungkapkan Janyes, manusia primitif menggunakan kedua belahan otak dengan evolusi bahasa. Berbagai ide dan konsep diwakili melalui suara ataupun kata-kata. Konsep ini memungkinkan belahan otak yang lain berkomunikasi dengan cara yang tidak biasa.
Dibandingkan dengan manusia modern, kedua belahan otak Bikameral manusia primitif jauh lebih mandiri. Contohnya manusia modern saat ini memiliki titik pusat bahasa di belahan otak dominan. Biasanya sisi kiri bagi orang yang dominan menggunakan tangan kanan. Tetapi pengaruh besar dari belahan otak non-dominan ini membuat dirinya mengalami stres atau dalam tekanan.
Misteri dan rahasia otak manusia modern tampaknya tidak disadari. Oleh karena teknologi dan frekuensi alam yang kini semakin meningkat. Orang-orang tidak lagi memperdulikan bahasa aneh yang muncul dalam pikiran mereka. Selama masih tidak bisa dijelaskan secara logis, kebanyakan orang justru menganggapnya hayalan. Adanya telepon telah membuat jarak tidak terbatas. Sehingga lambat laun manusia mengalami perubahan, tidak membiasakan diri berkomunikasi dengan kekuatan pikiran yang dimilikinya. Iklim dan peradaban maju telah menurunkan kekuatan bikameral otak manusia.
Sebagai contoh adalah penderita skizofrenia. Tetapi menurut Jaynes, penyakit skizofrenia merupakan regresi pikiran bikameral dari nenek moyang kita. Sejak dahulu, pendengaran bikameral dianggap suara yang berasal dari sang Pencipta. Nenek moyang kita justru mampu menuliskan sastra kuno dari suara-suara ini. Gejala skizofrenia ditandai dengan pemikiran atau pengalaman yang nampak tidak berhubungan dengan kenyataan, perilaku tidak teratur/wajar, dan penurunan aktivitas sehari-hari. Sulit berkonsentrasi dan mengingat sesuatu hal.
Terkadang kita berbicara sendiri disaat mengalami masalah atau sedang berpikir. Kemudian muncul suara halus yang bisa saja terdengar mencerca, berargumen untuk memecahkan masalah, suara tegas yang hanya muncul sekali. Dan satu lagi, bahasa isyarat yang sulit dirangkum kedalam kata-kata. Nenek moyang kita dahulu lebih mengutamakan suara yang terakhir, dianggap sebagai isyarat dari sang Pencipta tetapi tidak bisa diungkapkan dengan bahasa. Isyarat ini jelas dan mempunyai tujuan yang pasti.
Sementara suara-suara yang saling berargumen memanfaatkan pusat kamus bahasa yang biasanya kita gunakan sehari-hari. Tetapi semuanya berjalan otomatis melalui kesadaran bikameral. Jika kelebihan beban pikiran, fenomena ini akan membuat Anda tampak gila karena berbicara sendiri. Umumnya menggunakan kata-kata 'seandainya, mungkin, atau, dan lain-lain. Semua argumen yang muncul dikepala Anda tidak menemukan solusi yang pasti.
Referensi
- The Origin of Consciousness in the Breakdown of the Bicameral Mind, by Julian Jaynes, 1976