Di abad 19, ada beberapa pegunungan mistis yang mempesona para penjelajah dan penulis selama bertahun-tahun. Salah satunya "Sir Arthur Conan Doyle", dia menggambarkan pendakian Gunung Roraima dalam novelnya yang terbit tahun 1912 berjudul "The Lost World". Novel ini menceritakan tentang sekelompok penjelajah menemukan dinosaurus dan makhluk punah lainnya masih hidup dan sehat disebuah dataran tinggi terpencil. Bahkan beberapa penduduk lokal saat ini masih percaya, bahwa hewan langka yang tidak pernah ada masih hidup sampai sekarang.
Misteri Gunung Roraima
Menurut kisah, pegunungan ini tidak dapat ditembus kecuali penduduk asli yang mampu memasukinya, sehingga Gunung Roraima dianggap sebagai dunia yang hilang. Pegunungan itu sudah terbentuk sejak Amerika Selatan terhubung dengan Afrika yang membentuk superbenua Gondwana, sekitar 400 hingga 250 juta tahun yang lalu. Selama kurun waktu itu, batuan cair terangkat melalui retakan di daratan batu pasir, kemudian angin dan air mengikisnya sehingga membentuk pegunungan seperti yang sekarang ini. Wilayah gunung itu berada jauh di dalam hutan hujan Venezuela. Ketinggian dataran tinggi ini lebih dari 2743 meter di atas permukaan laut dan puncaknya menjulang setinggi 400 meter, sehingga bagian atasnya mirip seperti meja.
Jika dilihat dari atas bentuknya seperti pulau di awan, mereka menyebutnya tepui Gunung Roraima. Dari segi geografi, puncak ini sangat unik karena menyimpan ribuan spesies tanaman dan hewan langka yang tidak ada di belahan bumi lain. Puncak gunung itu sekarang telah didaki, terutama ilmuwan. Tetapi masih sedikit yang dieksplorasi. Menurut ilmuwan, tepui terisolasi sangat lama di atas dataran tinggi yang sepi. Setidaknya setengah dari 10000 spesies tanaman di sini sangat unik dan spesies baru masih bisa ditemukan.
Dalam novel yang ditulis "Sir Arthur Conan Doyle", dataran tinggi Roraima begitu terpencil dan unik. Dia terpesona dan terinspirasi dari catatan "Everard Im Thurn" seorang ahli botani Inggris, yang sudah mendaki ke puncak Gunung Roraima pada bulan Desember 1884. Kemudian di tahun 1989, tim penjelajah George asal Jerman telah mendaki Gunung Roraima. Menurutnya tak satu pun dari timnya menemukan makhluk purba atau sisa-sisa fosil di sana. Tetapi medannya sangat sulit dilalui sehingga hanya sebagian kecil dari tepui atau sekitar 44 mil persegi yang sudah dieksplorasi. Tepui sangat sulit didaki dan kondisi bisa lebih parah karena hujan yang membuat jalan setapak licin dan berlumpur.
Sebelum kedatangan orang Eropa ke benua Amerika, penduduk asli Venezuela meyakini mitos tepui seperti pohon raksasa. Mereka percaya jika seseorang naik ke puncak tepui, dia tidak akan kembali hidup-hidup. Menurut suku Indian Pemon, Gunung Roraima adalah pohon besar yang pernah menampung semua buah-buahan, umbi-umbian dan sayuran di dunia. Dikisahkan dua bersaudara mencicipi buah dari pohon ajaib Wazaca, salah satunya kemudian berfikir untuk menebangnya. Sang kakak melarang untuk tidak menebang pohon kehidupan karena bisa menyebabkan bencana dunia. Tetapi saudaranya keras kepala, dia tetap bersikeras dan menebang batang kayu itu dengan kapaknya sehingga pohon itu tumbang ke tanah. Suara pohon yang tumbang terdengar memecah telinga, buahnya tersebar ke segala arah, dari batang yang terpotong mengeluarkan air deras dan menyebabkan banjir besar yang mengerikan. Air yang keluar perlahan-lahan berkurang, kemudian menjadi air terjun yang masih tampak sampai hari ini.
Penjelajah "Sir Walter Raleigh" asal Eropa adalah orang pertama yang menulis tentang tepui ditahun 1595. Dalam catatannya disebutkan bahwa dipuncak itu terdapat gunung kristal yang ditutupi dengan berlian dan air terjun, serta mustahil menuju kesana. Kemungkinan besar Sir Raleigh sedang menggambarkan Angel Falls, sebuah nama yang ditujukan untuk Jimmie Angel asal Amerika pada pertengahan abad ke-20, yang merupakan orang pertama yang terbang di atas air terjun tersebut.
Dalam bahasa asli Pemon, kata tepui berarti "rumah para dewa". Tepui, juga dikenal sebagai 'pulau di atas hutan hujan'. Gunung Roraima merupakan tantangan bagi para peneliti, karena dianggap rumah spesies baru yang belum dideskripsikan. Pegunungan ini diselimuti oleh awan tebal hampir sepanjang tahun, permukaannya hanya bisa difoto melalui peralatan pesawat terbang.