Legenda tanah Nod memang jarang terdengar, tetapi daratan ini menyimpan sejarah misteri yang paling awal tentang keturunan Adam. Kisah ini berawal dari Cain yang membunuh Abel. Tanah Nod diduga menjadi tempat pelarian anak Adam setelah membunuh saudara kandungnya.
Siapakah Cain dan Abel? Kebanyakan sejarawan mengungkap keturunan Adam dari Alkitab, bukti sejarah lainnya diduga lenyap setelah banjir besar Nuh. Hanya sedikit peninggalan yang bisa ditemukan. Tanah Nod hanya disebutkan sekali sebagai tempat pelarian Cain, putra Adam dan Hawa yang membunuh saudaranya.
Tanah Nod
Dalam literatur Islam namanya disebut Habil dan Qabil, kedua nama ini pun tidak jelas darimana asalnya. Quran tidak ada menyebutkan nama anak-anak Adam, begitupun referensi hadis. Nama Habil dan Qabil disebutkan hanya sebagai sarana mempermudah untuk menceritakan kisah pembunuhan anak Adam.
Cain seorang petani dan Abel adalah seorang peternak. Keduanya membuat pengorbanan dari hasil pekerjaan mereka sehari-hari. Karena pengorbanan Abel tampaknya lebih disenangi, Cain merasa cemburu dan membunuhnya. Dia lari dan berdiam diri di Tanah Nod, sebelah timur Eden.
Nod, adalah kata Ibrani yang artinya 'mengembara'. Dalam pencarian tanah Nod, disebutkan bahwa dia bersembunyi di sebelah timur taman Eden. Dan lokasi taman Eden ini pun sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Disebutkan bahwa Eden memilki empat anak sungai, dua diantaranya adalah sungai Tigris dan Eufrat.
Pendapat tentang Taman Eden sendiri memiliki berbagai versi. Banyak teolog percaya bahwa Taman ini tidak pernah ada di muka bumi, melainkan identik dengan Firdaus. Sementara pendapat lainnya mengatakan bahwa dunia pada masa Eden telah dihancurkan dalam banjir Nuh, dan tidak mungkin ditemukan kembali. Sebelum kehancuran itu, Eden merupakan tempat tinggal Adam Hawa beserta anak cucunya.
Menurut kisah lain, Adam diturunkan di Srilanka, puncak bukit Sri Pada. Dan Hawa diturunkan di Marwa. Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah setelah 40 hari berpisah. Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Srilanka yang mirip dengan keadaan surga. Di tempat ini pula ditemukan jejak kaki yang berukuran raksasa. Jika Eden berada diwilayah ini, sudah pasti jauh dari sungai Tigris dan Eufrat.
Jika Eden yang dimaksud mengacu pada sungai Tigris dan Eufrat, lokasinya diperkirakan berada di Irak. Dari titik ini, berbagai spekulasi bermunculan. Bahwa tanah Nod kemungkinan berada di Arab, India, dan bisa saja di Cina.
Disebutkan bahwa Tanah Nod bukan tempat yang sebenarnya. Melainkan sebuah simbolis atau figuratif dari sosok Cain. Sebutan yang mewakili tempat pengasingan, kesedihan, dan duka. Ada juga yang berpendapat bahwa tempat ini melambangkan jarak antara Tuhan dan manusia yang semakin jauh. Karena Adam dan Hawa tinggal di Eden yang lebih dekat kepada Allah, tetapi Cain justru menjauh dan pergi ke arah timur.
Dalam pelarian itu, Cain memiliki istri tetapi tidak bisa dibuktikan bahwa istrinya berasal dari Adam Hawa. Perdebatan tentang istri Cain ini juga memicu reaksi dari berbagai sejarawan. Disebutkan dalam kitab, bahwa Cain mengenal istrinya; dan dia mengandung Henokh. Dia membangun sebuah kota, dan memanggil nama kota itu, sesuai dengan nama putranya, Henokh. Jika dia membangun kota di Tanah Nod, siapa pasangan Cain?
Pendapat lain menyebutkan bahwa Adam dan Hawa memiliki banyak anak lain, meskipun nama mereka tidak pernah disebutkan. Seperti yang disebutkan Ibnu Ishaq bahwa anak-anak Adam Hawa sejumlah 40 anak kembar. Sementara versi Genesis hanya menyebutkan 3 pasangan, yaitu Cain, Abel, dan Seth. Dengan kata lain, bisa saja Cain menikahi salah seorang saudara perempuan mereka. Pada waktu itu, pernikahan antara saudara kandung diizinkan dan hanya dilarang ketika memasuki masa kenabian Musa.
Di zaman sekarang, perkawinan sekandung beresiko terlahir dengan kelainan. Tetapi tidak demikian dengan anak cucu Adam. Adam dan Hawa, diciptakan dengan genetik paling sempurna, dan keturunan awal mewarisi gen ini. Tetapi setelah melewati beberapa generasi, perkawinan sekandung bisa saja mengakibatkan kelainan sebagai akibat perubahan gen dari waktu ke waktu. Sehingga pada periode Musa, perkawinan sekandung mulai dilarang.
Ada pula yang berpendapat, bahwa Cain bertemu istrinya di Tanah Nod. Mengisyaratkan bahwa dia bukan anak perempuan dari Adam dan Hawa. Karena tidak disebutkan bahwa dia menikah sebelum pengasingana. Dan menurut silsilah berdasarkan teks alkitabiah, keturunan Cain terputus yang mungkin disebabkan banjir besar. Sementara Seth menurunkan garis dan ahli waris kenabian sampai pada Nuh yang memiliki anak, Shem, Ham dan Japheth.
Pendapat tentang Taman Eden sendiri memiliki berbagai versi. Banyak teolog percaya bahwa Taman ini tidak pernah ada di muka bumi, melainkan identik dengan Firdaus. Sementara pendapat lainnya mengatakan bahwa dunia pada masa Eden telah dihancurkan dalam banjir Nuh, dan tidak mungkin ditemukan kembali. Sebelum kehancuran itu, Eden merupakan tempat tinggal Adam Hawa beserta anak cucunya.
Menurut kisah lain, Adam diturunkan di Srilanka, puncak bukit Sri Pada. Dan Hawa diturunkan di Marwa. Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah setelah 40 hari berpisah. Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Srilanka yang mirip dengan keadaan surga. Di tempat ini pula ditemukan jejak kaki yang berukuran raksasa. Jika Eden berada diwilayah ini, sudah pasti jauh dari sungai Tigris dan Eufrat.
Jika Eden yang dimaksud mengacu pada sungai Tigris dan Eufrat, lokasinya diperkirakan berada di Irak. Dari titik ini, berbagai spekulasi bermunculan. Bahwa tanah Nod kemungkinan berada di Arab, India, dan bisa saja di Cina.
Disebutkan bahwa Tanah Nod bukan tempat yang sebenarnya. Melainkan sebuah simbolis atau figuratif dari sosok Cain. Sebutan yang mewakili tempat pengasingan, kesedihan, dan duka. Ada juga yang berpendapat bahwa tempat ini melambangkan jarak antara Tuhan dan manusia yang semakin jauh. Karena Adam dan Hawa tinggal di Eden yang lebih dekat kepada Allah, tetapi Cain justru menjauh dan pergi ke arah timur.
Dalam pelarian itu, Cain memiliki istri tetapi tidak bisa dibuktikan bahwa istrinya berasal dari Adam Hawa. Perdebatan tentang istri Cain ini juga memicu reaksi dari berbagai sejarawan. Disebutkan dalam kitab, bahwa Cain mengenal istrinya; dan dia mengandung Henokh. Dia membangun sebuah kota, dan memanggil nama kota itu, sesuai dengan nama putranya, Henokh. Jika dia membangun kota di Tanah Nod, siapa pasangan Cain?
Pendapat lain menyebutkan bahwa Adam dan Hawa memiliki banyak anak lain, meskipun nama mereka tidak pernah disebutkan. Seperti yang disebutkan Ibnu Ishaq bahwa anak-anak Adam Hawa sejumlah 40 anak kembar. Sementara versi Genesis hanya menyebutkan 3 pasangan, yaitu Cain, Abel, dan Seth. Dengan kata lain, bisa saja Cain menikahi salah seorang saudara perempuan mereka. Pada waktu itu, pernikahan antara saudara kandung diizinkan dan hanya dilarang ketika memasuki masa kenabian Musa.
Di zaman sekarang, perkawinan sekandung beresiko terlahir dengan kelainan. Tetapi tidak demikian dengan anak cucu Adam. Adam dan Hawa, diciptakan dengan genetik paling sempurna, dan keturunan awal mewarisi gen ini. Tetapi setelah melewati beberapa generasi, perkawinan sekandung bisa saja mengakibatkan kelainan sebagai akibat perubahan gen dari waktu ke waktu. Sehingga pada periode Musa, perkawinan sekandung mulai dilarang.
Ada pula yang berpendapat, bahwa Cain bertemu istrinya di Tanah Nod. Mengisyaratkan bahwa dia bukan anak perempuan dari Adam dan Hawa. Karena tidak disebutkan bahwa dia menikah sebelum pengasingana. Dan menurut silsilah berdasarkan teks alkitabiah, keturunan Cain terputus yang mungkin disebabkan banjir besar. Sementara Seth menurunkan garis dan ahli waris kenabian sampai pada Nuh yang memiliki anak, Shem, Ham dan Japheth.